Mahendra membukakan pintu mobilnya dan menungguku dengan tatapan geli. Aku tersenyum malu-malu seperti ABG yang sedang jatuh cinta. "Kamu mau berdiri di situ sampai sore?" tanyanya sambil mengetuk atap mobilnya. "Atau kamu masih shock karena ciuman pertamamu barusan?" Wajahku langsung memerah total mendengar godaannya. "Itu bukan ciuman pertamaku!" bantahku sambil berjalan mendekat, meski langkahku masih agak goyah. "Oh ya? Lalu kenapa wajahmu merah seperti tomat?" Mahendra menyeringai nakal. "Dan kenapa kamu masih pegang bibir terus dari tadi?" Aku langsung menurunkan tangan yang memang masih menempel di bibir. Ya ampun, ketahuan deh. "Aku tidak—" "Sudah, naik. Nanti kita terlambat," potongnya sambil tersenyum lebar. "Lagipula, aku belum selesai bicara denganmu." Aku menghela napas

