“Sayang, aku pergi dulu, ya. Sebentar lagi Mama sampai.” Ujar Mahendra sambil merapikan selimut yang menutupi tubuhku. Hari ini Mahendra harus terbang ke Kalimantan Timur untuk mengurus perkembangan terbaru kasus Wirasata Energy, yang akhirnya mulai menemukan titik terang setelah melalui banyak ketegangan. Tapi wajahnya terlihat berat saat hendak pergi. Mungkin karena semalam aku tiba-tiba demam tinggi, dan dia memutuskan untuk menginap dan menjagaku sepanjang malam—padahal pekerjaannya sedang menumpuk. Aku memilih berbaring di sofa ruang TV. Di atas meja tergeletak termos kecil dan beberapa obat. Tubuhku masih sedikit menggigil, tapi kondisiku jauh lebih baik dibanding semalam. “Iya, Mas,” jawabku pelan. Dia menggenggam tanganku yang masih hangat. “Kalau nanti siang demammu naik lagi,

