Pertanyaan dari Bu Renata langsung aku jawab dengan cepat dan tepat. Tanpa ada keraguan sedikitpun di wajahku. Meskipun, diawal aku sempat gugup karena kaget. “Mama sudah pengen nimang cucu. Kalau kamu benar-benar cinta sama Mahen terima saja jika dia melamar ya—” Aku tersenyum simpul. Jawabanku memang berhasil membuat Bu Renata senang. Tapi, bagiku malah menambah beban kesulitan. Tadi aku menjawab, ‘Saya serius dengan Mas Mahen, Ma. Hubungan kami masih di tahap pengenalan karakter satu sama lain. Dan, selama itu tidak ada keributan besar. Hanya ada perdebatan kecil dan bisa diselesaikan saat itu juga.’ “Mama mau cucu kembar ya,” bisik Bu Renata sambil menyenggol lenganku. “Tapi keluarga saya gak ada yang memiliki anak kembar, Ma,” jawabku polos. “Sayang, jaman sekarang dunia kedo

