Ramiana semakin membuat kepalaku sakit dengan rengekannya, selugu inikah istri tercintaku? Lucu sih tapi rengekannya semakin menjadi-jadi bahkan dia menganggap anak kami itu cacing, gilakan? Arghhh, andai aku bisa teriak kalau yang ada di perutnya itu anak kami mungkin aku nggak akan sestres ini. "Aduh Na, jangan ngerengek hal nggak penting bisakan? Kamu nggak apa-apa kok, nggak disantet apalagi cacingan," gerutuku kesal. "Tapi Lex..." Entah harus bagaimana menenangkan Ramiana lagi, semenjak semalam dia sibuk sendiri bahkan sampai tidak tidur semalaman. "Stop, sekarang aku mau sarapan terus ke kantor," aku mengambil jas dan menghampirinya yang sedang tiduran di ranjang, aku mencium kening dan bibirnya yang mengerucut kesal. "Kamu mau dibawakan apa, nanti aku belikan sepulang dari kant