bc

Hyper Love

book_age18+
1.5K
IKUTI
26.0K
BACA
one-night stand
HE
fated
friends to lovers
kickass heroine
mafia
doctor
heir/heiress
sweet
bxg
genius
city
office/work place
friends with benefits
like
intro-logo
Uraian

Tentang cinta satu malam Rhea Pradipta sang pewaris rumah sakit elit, yang membawanya terjebak ke dalam obsesi pria sinting Genta Sangkala Bumi. Dokter bedah jenius yang mencintanya secara ugal-ugalan

.***

Sakit hati diselingkuhi pacarnya dengan bestienya sendiri, Rhea yang merupakan calon pewaris rumah sakit elit itu pun mabuk di nightclub tempat dia memergoki mereka ciuman. Nasibnya makin ketiban sial, karena bertemu Genta di sana. Dokter bedah jenius, tapi menyebalkan yang pernah dikenalkan oleh mamanya.

Padahal mereka hanya sekedar kenal, tapi sialnya karena sama-sama mabuk malah berakhir dengan Rhea yang kehilangan keperawanannya di ranjang Dokter Genta. Kesalahan fatal yang kemudian membuat Rhea jadi target buruan pria sinting itu.

Bukankah seharusnya Genta senang Rhea tidak menuntut tanggung jawab? Tapi, sebaliknya malah dia yang kemudian seperti orang gila terobsesi ke Rhea. Bahkan, demi bisa mendapatkan gadis itu Genta rela bergabung dengan Medical Centre. Padahal sebelumnya dia sudah puluhan kali menolak tawaran dari mama Rhea untuk bekerja di rumah sakitnya.

Derita Rhea pun dimulai. Dia benar-benar terjebak ke pelukan dokter sinting itu. Khilaf di ranjang yang terus berulang. Dari terpaksa berujung cinta.

Lalu, bagaimana ketika kemudian satu persatu jejak kelam masa lalu Dokter Genta mulai bermunculan? Kedatangan mantan Genta dengan membawa kejutan tak terduga, juga kisruh keluarga yang membuka gamblang tentang siapa ayah kandungnya. Belum lagi amarah mama Rhea, saat tahu anaknya sudah tersesat sejauh itu dengan Dokter Genta?

Akankah Rhea bersedia menikah, sedang begitu banyak batu sandungan di jalan menuju bahagia yang Dokter Genta ingin wujudkan bersamanya? Dendam, sengketa harta warisan, dan permainan kotor kelas tinggi para konglomerat siap menghantam langkah mereka.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Pura-Pura Mabuk
“Kalau sudah tidak cinta, kenapa tidak putus saja? Sumpah, aku nggak nyangka kamu sebrengsek ini, Luck! Sudah selingkuh, sama bestienya Rhea lagi! Kalian berdua kok bisa sejahat itu?! Rhea ada di situ, woiii!” Soni berteriak menuding ke temannya yang sudah dalam keadaan teler. Suasana di ruang VIP nightclub yang Soni sewa untuk merayakan ulang tahunnya mendadak canggung. Yang membuat dia meradang, setelah Rhea mabuk Sofie sudah tidak lagi sungkan menempel dan bersikap mesra ke Lucky. Keduanya sama sekali tidak merasa bersalah, apalagi malu. Hanya karena yang lain sudah memergoki perselingkuhan mereka, saat liburan bareng ke Lombok minggu kemarin. Masalahnya biarpun sekarang Rhea dalam keadaan tidak sadar, dia juga ada di ruangan ini. Di sebelah Lucky dan Sofie. Tapi, lihat sebangsat apa dua teman mereka ini. Keduanya dengan santai malah saling rangkul dan mengumbar kemesraan. Tanpa memikirkan yang lain sudah muak melihat kelakuan mereka. “Kamu pikir semudah itu putus dari Rhea? Berteman dari jaman masih SMA, masa kalian tidak paham sebar-bar apa sifatnya?! Iya kali, aku tidak bonyok kalau jujur bilang sudah bosan pacaran sama dia! Apalagi kalau dia tahu, sebelum putus aku sudah selingkuh sama Sofie!” Melirik ke Rhea, Lucky tampak benar-benar jengah. “Justru karena kenal dari dulu, jadi kami paham seperti apa dia. Rhea memang galak, tapi tidak asal jotos tanpa sebab. Jangan menggunakan sifat kerasnya, untuk membenarkan perselingkuhan kalian!” sahut Gia, satu dari mereka berlima yang dulu teman sekelas Rhea. “Lagi kenapa kamu bawa Sofie kesini? Dia bukan temanku dan aku tidak mengundangnya!” bentak Soni tidak lagi menutupi rasa tidak sukanya. “Hei, aku tadi kesini juga diajak Rhea!” sahut Sofie tidak terima. “Karena Lucky sudah bilang malam ini kami mau hangout bareng, jadi kamu sengaja datang mencari Rhea ke kantornya. Kalian berdua sudah janjian sebelumnya. Iya, kan?! Kamu pikir aku tidak tahu, akal busuk tukang tikung teman dan pengkhianat seperti kalian!” Skakmat! Sofie bungkam mendengar cemoohan sinis Soni. Iya, mereka berlima memang teman sejak SMA. Sedang dia baru kenal Rhea saat sama-sama kuliah di London. Jadi wajar kalau Soni dan yang lain tidak begitu menyukainya. Apalagi setelah tahu dia selingkuh dengan Lucky. “Tadi melihatmu datang bersama Rhea dan Lucky, kami sudah berniat mau memberitahu Rhea soal perselingkuhan kalian. Hanya saja melihat sedekat itu hubungan kalian, kami jadi tidak tega. Yang satu pacarnya, satunya lagi bestienya! Akan sesakit apa Rhea, kalau tahu dikhianati dua orang yang paling dia percaya. Ingat, ya! Kami diam bukan mendukung perselingkuhan kalian, tapi menunggu waktu yang tepat untuk membongkar ke Rhea. Sudahi semua, sebelum Rhea mencium pengkhianatan kalian! Atau, putus dengan Rhea kalau kamu tetap mau bersama perempuan sialan ini, Luck!” tegas Soni yang sudah tidak tahan tersiksa rasa bersalah ke Rhea, karena ikut menutupi perselingkihan mereka.. “Kenapa kalian jadi menyalahkan Lucky? Dia tidak akan berkhianat, kalau Rhea tidak memperlakukan dia seperti kasta rendahan yang tak pantas jadi pacarnya! Ke Thea yang kembarannya saja, dia tidak mengaku kalau pacaran sama Lucky. Apalagi dikenalkan ke orang tuanya! Konglomerat yang lebih berduit dari orang tua Rhea banyak, tapi tidak sombong dan banyak tingkah kayak dia!” sahut Sofie demi membela Lucky, enteng banget mulutnya menjelekkan Rhea yang bahkan menganggapnya saudara. “Betina sialan! Pantas saja kelakuanmu murahan nikung teman sendiri dan bermuka dua. Sama kayak emakmu yang dicerai papamu karena selingkuh!” teriak Fira menuding ke Sofie saking muak dengan mulut nyinyirnya. “Sialan! Apa urusanmu denganku, berani bawa-bawa permasalahan orang tuaku?! Aku bicara fakta. Teman kalian ini norak dan sombongnya minta ampun! Sok cantik! Kalau bukan karena terpaksa, Lucky juga sudah nggak sudi pacaran sama dia!” Sofie balas berteriak marah. Tidak terima aib mamanya juga ikut dikorek hanya demi membela Rhea. “Fakta mana yang kamu maksud, Bestie?!” Mereka seketika kaget bukan main, mendengar sahutan dari Rhea. Menoleh panik, mereka mendapati Rhea yang meringkuk mabuk itu perlahan bangun. Menyeringai ke pacar dan bestienya yang gelagapan pucat pasi. “Rhe … Rhea!” cicit Sofie dengan suara tercekik. Dia beringsut mundur. Menjauh dari Rhea yang duduk dengan tatapan membunuhnya. “Kamu mabuk, Beb. Jangan salah paham, karena dengar obrolan kami hanya setengah-setengah!” Lucky beranjak pindah duduk di tengah pacarnya dan Sofie. Jantungnya bergemuruh was-was, tapi dia yakin Rhea yang sudah mabuk tidak mungkin mendengar debat mereka barusan. Tidak ada yang berani bersuara. Menahan nafas melihat muka memerah Rhea yang tersenyum aneh. Seperti kata Lucky, Rhea memang dikenal judes dan bar-barnya minta ampun. Tak hanya itu, dia juga jago taekwondo. Maka tak heran kalau Lucky takut setengah mati, saat kepergok kembaran Rhea sedang liburan bareng Sofie di Lombok. Hanya saja minggu kemarin dia masih terselamatkan, karena ketika itu mereka pergi bersama ketiga temannya ini. Tentu saja tanpa Rhea. “Pusing? Sudah aku bilang jangan minum terlalu banyak, kamunya malah ngeyel! Kan jadinya mabuk beneran!” Lucky dengan wajah khawatir menyentuh pipi Rhea yang masih bungkam. “Cih, pecundang munafik!” geram Soni lirih. Muak melihat sikap sok perhatian Lucky. Padahal baru beberapa menit lalu menghina Rhea. “Kalian barusan ngobrol apa? Sepertinya seru sampai membawa-bawa namaku. Bilang aku bar-bar, sok cantik, dan juga norak. Iya, kah? Siapa yang bilang begitu tadi?” cecar Rhea dengan suara berat dan raut datarnya. Matanya berkilat nanar, sampai tangan Lucky yang masih menyentuh wajah Rhea pun gemetar. “Kamu salah dengar. Yang Sofie bilang bukan kamu, tapi sepupunya,” elak Lucky. “Iya, aku cerita ke mereka soal Nindy. Kamu sendiri kan tahu, dia orangnya kayak gimana!” Sofie nyengir, tapi sayang mimik wajahnya yang ketakutan terpampang jelas. Rhea terkekeh menepis tangan pacarnya yang tremor. “Aku pacarmu, tapi kamu seperti sedang dipaksa mengelus macan, Luck. Tanganmu saja sampai gemetar. Apa aku semenakutkan itu, hm?” Kepala Rhea meneleng miring dengan alis terangkat. “Bercanda kamu, Beb. Tentu saja tidak. Pacarku secantik ini, mana mungkin menakutkan!” Lucky terkekeh, seolah Rhea sedang mengajaknya bercanda. Dia makin was-was, sebenarnya sejauh mana Rhea mendengar pembicaraan mereka barusan. Tapi, bukankah gadis ini mabuk? Tadi Sofie sengaja mengajaknya bermain dengan taruhan minum bagi yang kalah. Itu kenapa kemudian Rhea tumbang duluan, sementara yang lain baik-baik saja. “Tidak menakutkan, tapi mukamu dan Sofie melihatku seperti hantu!” Rhea tertawa cekikikan dengan tatapan lekatnya ke Sofie yang tampak tegang. “Bukan begitu, Rhea! Kami cuma bingung nanti bagaimana mengantarmu pulang, kalau kamu masih mabuk dan bicara ngelantur begini.” Sofie menggeleng, lalu menuang segelas air putih disodorkan ke Rhea. Dia butuh mengalihkan pembicaraan yang terus menyudutkan dirinya dan Lucky. Sialnya Rhea yang tadi sudah klenger, sekarang bangun dan ngoceh tidak jelas. Entah apa maunya. “Minum dulu, Beb!” Lucky mengambil gelas itu dari Sofie, karena Rhea hanya diam dengan senyum sinis di ujung bibir menatap Sofie tajam. Apa yang kemudian terjadi seketika membuat mereka terpekik kaget. Rhea menerima gelas dari Lucky. Bukan untuk minum, tapi diguyurkan ke muka pacarnya itu. “Apa-apaan kamu, Rhea?!” teriak Lucky gelagapan berdiri mengusap wajahnya yang basah kuyup. Sadar ada yang tidak beres dengan Rhea, Sofie langsung bangun dan berdiri di belakang punggung Lucky. Sementara ketiga teman mereka, Soni, Fira, dan Gia terkesiap menatap Rhea yang kemudian berdiri dengan sedikit sempoyongan. Soni sudah mau bangun untuk menopang Rhea supaya tidak jatuh, tapi temannya itu menggeleng. “Apa-apaan, katamu?! Menurutmu kenapa aku menyiram muka bangsatmu itu, hm?!” Rhea melangkah mendekat, tapi dua pengkhianat busuk di depannya itu juga mundur menghindar. “Kamu mabuk, Rhea. Otak dan bicaramu ngelantur! Kita pulang saja dulu! Ya?” bujuk Lucky mencoba menenangkan pacarnya yang berubah seperti macan lapar. Sialnya Sofie jatuh terjengkang, setelah kakinya mentok menabrak sofa. Lucky sendiri nyaris ikut terjungkal, karena bajunya ditarik oleh Sofie saat jatuh. “Beb ….” “Kalian berdua takut apa, ha?!” Kepala Rhea meneleng. Kembali menyeringai dengan tatapan nanarnya. “Cukup, Rhea! Kalau mabuk diam! Jangan bikin ulah, kamu!” bentak Lucky setelah merasa terpojok. Tangan Rhea melayang menampar Lucky. Saking kerasnya sampai wajah pria jangkung itu terhempas ke samping. “Dasar sinting!” Tidak terima selingkuhannya kena gampar, Sofie yang tadinya takut pun berusaha mendorong Rhea. Ketiga teman mereka memekik kaget. Takut Rhea yang mabuk bakal kenapa-napa oleh ulah dua pengkhianat sialan itu. Karenanya Soni langsung bangun. Namun, siapa sangka yang terjadi justru membuat mereka melongo cengo. Bukan Rhea yang jatuh, tapi Sofie yang menjerit kesakitan karena rambutnya dijambak oleh Rhea. “Arghh, sakit! Lepas! Tolong aku, Luck!” Wajah Sofie sampai mendongak. Tangannya menggapai minta tolong ke Lucky yang blingsatan panik. “Jangan keterlaluan kamu, Rhea! Itu sahabatmu, Sofie! Lepas, dia kesakitan kamu jambak gitu!” teriaknya tanpa berani mendekat, karena Rhea yang seperti itu benar-benar menakutkan. Meski pria, kalau gelut sama Rhea juga belum tentu dia menang. Sedang kalau sampai Rhea bonyok sedikit saja, maka siap-siap bakal berhadapan dengan orang tuanya. Belum lagi tante Rhea adalah pengacara kondang. Berurusan dengan keluarga mereka sama saja cari mati. “Sahabat?! Iya, aku menganggapnya sahabat. Bahkan, sudah seperti saudara. Tapi, ternyata dia ular sialan yang doyan pacar teman! Sama bangsatnya denganmu yang selingkuh dengan dia di belakangku!” teriak Rhea menghempas jambakannya kasar, sampai Sofie tersungkur di lantai. Wajah Lucky seketika kaku. Jantungnya berdegup menggila. Rhea tertawa sinis melihat Sofie yang meringis kesakitan bangun dan ngumpet di belakang punggung Lucky. “Kamu mabuk, Rhea! Kata siapa kami selingkuh? Aku dan Sofie hanya ….” “Aku hanya pura-pura mabuk. Mataku masih bisa melihat kalian ciuman di dekat toilet, juga mendengar semua pembicaraan kalian barusan, sialan!”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Shifted Fate

read
591.5K
bc

Chosen, just to be Rejected

read
129.5K
bc

Corazón oscuro: Estefano

read
808.4K
bc

Holiday Hockey Tale: The Icebreaker's Impasse

read
133.6K
bc

The Biker's True Love: Lords Of Chaos

read
296.3K
bc

The Pack's Doctor

read
633.2K
bc

MARDİN ÇİÇEĞİ [+21]

read
746.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook