Renata begitu terkejut. Ia hendak menutup butik sampai tiba-tiba Ethan masuk.
“Apa yang kau lakukan di sini?!” geram Renata. Kris sudah berangkat tadi pagi dan ia sudah berencana tidur di butik malam ini. Ia juga sudah memberitahu kedua mertuanya.
Ethan mengedarkan pandangan melihat gaun-gaun milik Renata yang tertata rapi.
“Kebetulan aku lewat jadi memutuskan mampir. Aku hanya ingin memastikan adik iparku tidak membawa lelaki lain ke sini sementara suaminya tidak di rumah.”
Alis Renata berkerut tajam, tersinggung dengan ucapan kakak iparnya itu.
“Jaga ucapanmu. Lebih baik pergi dari sini,” kata Renata begitu tegas.
“Eh? Kau mengusirku? Bisa dibilang aku ini tamu di tempat ini. Bukankah tamu adalah raja?”
“Aku tidak menjual apapun untuk orang sepertimu,” kata Renata dengan tatapan nyalang.
Ethan setengah memiringkan kepala, menatap Renata dengan raut wajah datar. “Orang sepertiku? Memangnya, aku seperti apa?”
Tanduk Renata seolah tumbuh. Meladeni Ethan tak akan ada habisnya.
Sudut bibir Ethan terangkat. Wajahnya tampak senang melihat kemarahan yang Renata tunjukkan.
“Mumpung suamimu pergi, bagaimana jika kita bersenang-senang?”
“Diam! Aku bilang diam!” teriak Renata dengan napas terengah. Namun, tiba-tiba saja wajahnya mengiba. Ia tak tahu lagi bagaimana cara menghadapi Ethan, jika dengan cara kekerasan tak juga membuatnya berhenti, maka ia akan mengiba dan memohon belas kasihan darinya. “kumohon, berhenti. Aku ini adik iparmu, Kak. Kumohon,” ucapnya lirih dengan tangan mengatup dan mata mulai basah. Ia kemudian berlutut tanpa melepas kedua tangan yang mengatup. “aku tahu aku telah melakukan kesalahan waktu itu, tapi tak bisakah kau melupakannya? Kumohon, lupakan, dan jangan bersikap seperti ini lagi, aku mohon.
Ethan menatap Renata dalam diam di mana tak ada ekspresi berarti yang tampak di wajahnya.
Renata tetap dalam posisi. “Apakah ini berhasil?” batinnya melihat tak ada respon yang Ethan berikan. Tak apa ia mengalah dan mengiba asal pria itu berhenti mengganggunya.
“Kau yakin tidak mau mencobanya denganku? Aku bisa membuatmu orgaasme berkali-kali.”
Duk!
Renata menjatuhkan kepala ke lantai, jidatnya mencium dinginnya lantai tepat setelah Ethan mengatakan kalimat tak pantas itu. Ia tahu dirinya tak boleh melakukan ini, dirinya hanya boleh bersujud pada Yang Maha Kuasa, Sang Maha Pencipta, tapi dirinya tak punya cara lain agar Ethan pergi dari sana sekarang, juga berhenti bersikap kurang ajar.
Rahang Ethan mengeras melihat apa yang Renata lakukan. “Angkat kepalamu, karena sampai kapanpun aku tidak akan berhenti.”
Setelah mengatakan itu Ethan berbalik dan pergi dari sana, membiarkan Renata yang masih dalam posisinya. Renata baru mengangkat kepala menegakkan punggungnya beberapa saat setelah mendengar lonceng pintu berbunyi kala Ethan pergi.
Renata mengusap air matanya. Ia lalu duduk menekuk lutut dan menyembunyikan wajahnya. Menyembunyikan air mata yang kembali mengalir karena putus asa.
Tak lama kemudian, Ethan telah dalam perjalanan pulang. Ia tahu ke mana dan di mana Kris sekarang. Namun, alih-alih memberitahu Renata, dirinya justru lebih senang menggodanya sampai-sampai Renata tak tahu lagi bagaimana cara menghadapinya.
Drt ….
Ponsel dalam saku celana Ethan berdering. Ia pun mengambil benda perseginya itu dan mengangkat panggilan.
“Apa,” kata Ethan setelah menggeser icon pada layar.
“Di mana kau sekarang?”
“Di jalan. Ada apa.”
“Ke sini saja ikut kami bersenang-senang. Ada tamu spesial bintang JAV, pasti kau tertarik.”
Ethan hanya diam dan tampak berpikir sampai akhirnya ia mengatakan, “Baik lah.” Mungkin tak ada salahnya bersenang-senang, batinnya.
Di sisi lain, Kris tengah bergumul di atas ranjang dengan simpanannya. Peluh membasahi sekujur tubuhnya, erangan nikmat pun sesekali lolos dari mulut, menyatu dengan desahan simpanan di bawahnya.
Derit ranjang kian terdengar saat Kris mempercepat gerak pinggulnya. Semakin cepat hingga tak lama desahan panjangnya terdengar kala dibenamkannya benihnya sedalam yang ia bisa.
Brugh!
Kris jatuh di samping simpanannya yang dadanya naik turun saat mengatur napas. Ia lalu mengubah posisinya menjadi miring, memeluk Kris dari samping.
“Kau tidak pernah melakukannya dengan istrimu, kan?”
Kris yang memejamkan mata menikmati sisa nikmat yang tiada tara, menoleh menatap simpanannya lalu mengecup bibir manisnya.
“Tentu saja. Bagaimana bisa aku melakukannya? Aku hanya bisa melakukannya dengan orang yang aku cintai dan itu adalah dirimu,” ucap Kris setelah melepas tautan bibir mereka.
Dia tersenyum kemudian bangun dan memposisikan dirinya di atas tubuh Kris, duduk di pangkal paha sambil dengan sengaja menggesek bagian tubuh Kris yang telah layu setelah bertempur hebat.
“Kalau begitu, buktikan jika hanya aku yang bisa membuatmu bangun.”
Kris meringis saat tangan nakal simpanannya memainkan asetnya yang berharga. Ia kemudian bangun menegakkan punggung dan mengatakan, “Lihat. Dia kembali mengeras hanya karena sentuhanmu.” Kemudian memposisikan simpanannya untuk kembali menjepit asetnya yang tak pernah tersentuh oleh Renata.
Saat Kris tengah bersenang-senang, Renata justru tak bisa tidur. Ia sudah berusaha tidur setelah cukup lama berbaring di sofa beludru warna burgundy di sudut ruangan, tapi matanya selalu kembali terbuka.
Renata bangun dan duduk dengan kaki menggantung. Ia memegangi kepala kemudian mengambil ponselnya di atas meja dekat sofa. Tidak bisa tidur ternyata membuat kepalanya sampai pening.
Renata menempelkan ponsel ke telinga setelah menghubungi Kris. Namun, Kris tak juga mengangkat panggilan.
“Apa sudah tidur?” batin Renata saat menurunkan ponsel dari telinga dan mencoba kembali menghubungi Kris. Sayangnya, hingga percobaan ketiga sekalipun, Kris tak menjawab panggilan darinya.
“Hah .…” Renata menghela napas panjang saat ia menyandarkan punggungnya dan menatap langit ruangan dalam diam. “sepertinya sudah tidur,” gumamnya saat menatap layar ponselnya yang menunjukkan foto pernikahannya dengan Kris.
Renata kembali menghela napas dan memejamkan mata sejenak, dan saat matanya terbuka, bayangan wajah Kris yang tersenyum padanya membuat jantungnya bergetar. Ia pun memejamkan mata teringat bagaimana dirinya bisa jatuh cinta pada suaminya itu di mana tanpa sadar tangannya mulai menelusup ke dalam celana.
Keesokan paginya, Renata bangun saat ponselnya berdering. Ia pun mengangkat panggilan yang tak lain dari Kris.
“Halo,” ucap Renata dengan suara khas bangun tidur.
“Halo, Re. Semalam kau menelpon? Maaf, aku sudah tidur.”
Renata seketika membuka mata lebar mendengar suara Kris. Ia yang masih mengantuk tak memperhatikan bahwa Kris lah yang menelepon.
Renata tersenyum sambil melirik ponsel yang menempel di telinga.
“Ya, tidak apa-apa. Aku tidak bisa tidur, jadi meneleponmu semalam,” ucap Renata.
“Apa? Kenapa?”
Renata tersenyum kecut. Kris masih bisa bilang kenapa? batinnya.
“Tidak apa-apa. Mungkin karena aku terlalu memikirkanmu.”
“Jadi, apakah menurutmu aku tidak memikirkanmu karena aku sudah tidur?”
“Um … sepertinya,” jawab Renata.
Kris terdengar terkekeh lalu membuka suara.
“Aku tersinggung. Padahal aku terus memikirkanmu sejak kemarin. Aku berpikir, kau pasti kecewa padaku.”
Renata terdiam sejenak lalu mengatakan, “Sejujurnya … aku memang kecewa.”
Tak ada balasan dari Kris mendengar apa yang Renata katakan. Entah karena menunggu Renata bicara, atau karena tertohok mendengar pengakuannya.
“Aku kecewa kenapa tidak bisa ikut denganmu,” ucap Renata menyambung ucapan yang menggantung sebelumnya.
“Maaf tentang itu. Kalau begitu, saat aku pulang nanti, bagaimana kalau aku menggantinya? Kita bisa pergi ke manaun kau ingin.”
“Benarkah? Sungguh?” tanya Renata sambil melirik ponselnya dengan wajah cerah.
“Ya. Tapi selama aku tidak bekerja, okey?”
Renata mengangguk dengan wajah lebih bersinar. Namun, tiba-tiba saja ia mendengar sesuatu yang membuat senyumannya menghilang sejenak.
“Kris? Kau baik-baik saja?” tanya Renata sebab samar-samar ia mendengar suara Kris meringis.
“Ya … aku … baik-baik saja.”
Renata terdiam mencoba menajamkan pendengaran. Ia merasa suara Kris terdengar seperti tengah menahan sesuatu. Dan benar saja, di tempat Kris, ia tengah menahan rasa nikmat saat simpanannya memanjakan alat vitalnya dengan mulut.
Tak lama kemudian, panggilan Renata dan Kris telah berakhir. Namun, Renata masih saja menatap layar ponselnya, tak sabar menunggu Kris pulang lalu mereka akan pergi seperti janji Kris sebelumnya. Tak ingin terus memikirkannya, Renata bangkit dari sofa, melakukan peregangan kemudian membuka gorden pada pintu depan. Dan betapa terkejutnya dirinya saat gorden terbuka sebab, telah menemukan Ethan berdiri di depan mobilnya dan melempar seringai padanya.