07 - Yes or No?

1331 Kata
Drrr drttt Kris terbangun dari sofa apartementnya melihat notif dari grup. Ia baru pulang sekolah dan  beristirahat sejenak melepas lelah. Ia sebenarnya ingin mampir ke rumah Thalia untuk sekedar menghabiskan waktu bersama. Tapi karena Thalia terlihat lelah, ia tidak ingin mengganggu waktu sendiri kekasihnya. Kumpulan Orang Ganteng Tadara Jaya Danuar : Eh njing, lu pada tahu kalo sekolah kita ditantang sama sekolah STM? Rizky : Mana nih Kris? uyy bro, ini sekolah kita ditantang. Andre : Anjing banget tuh sekolah STM? Mentang isinya cowok semua songong! Belum tahu boss kita kalo lagi bantai orang keknya haha @Kris Danuar : Kalo boss Kris mah jangan ditanya,bunuh siswa udah berkali-kali mah, Dia kan kaya jadi bisa bebas gitu aja. Kris : Ngomongin gue? Danuar : Uyy boss lo nongol juga, gimana tawurannya? Diterima yah, di sini kan cuman lo yang bisa bunuh orang. Kris : mulut lo bisa dijaga? Gue tahu gue pernah bunuh siswa pas tawuran, lo gausah memperjelas gitu! Mau gue bantai juga mulut lo? Danuar : Kagak boss, gue minta ampun deh. :") Kris : Anjing lo! Ciko : Gimana bro? Mau ikutan? Kris : Gue takut pacar gue tahu, gue udah janji sama dia, ya meskipun cuma lewat mulut doang sih, hati enggak. @Ciko Ciko : Ya itu justru tantangan buat lo! Kok lo jadi gini sih di depan cewek lo? Bucin banget dah. Kris : Gue gak mau dia sampek tahu gue pernah bunuh murid lain pas tawuran. Yang ada gue diputusin karna dia takut sama gue. Ciko : Ya jangan sampe tahu lah, kan belakangan ini lo udah gak pernah tawuran sampe ngebunuh? Lo ngebunuh itu setahun yang lalu keles. Dan pacar lo aman-aman aja gak tahu. Lo kan udah tobat. Kris : gue masih bingung. Liat nanti aja deh ya? Ciko : Kalo lo gak ikut, otomatis sekolah kita bakal kalah. Lo gak mau kan ditatap rendah karena kalah? Lo itu ketua pentolan. Kris : Oke gue ikut. Itu kapan? Danuar : yippi bos ikut. Sekolah kita bakal menang nih. Rizky : besok tawurannya boss. @Kris. Kris : oke, siapin diri lo pada. Gue gak mau lo pada sampe luka di depan para bencong itu. Kris menaruh handphonenya. Sejenak ia memikirkan tentang dirinya yang pernah membunuh orang saat tawuran. Memang ada korban saat tawuran adalah hal biasa. Tapi, satu-satunya hal yang ia takutkan, jika Thalia sampai tahu, pasti dia akan takut dan pergi dari Kris.  Sebenarnya Kris menyesal, menyesal sudah membunuh mereka. Tapi Kris tidak tahu kenapa dia begitu bernafsu untuk membunuh siswa yang ngancem bakal membocorkan kelakuannya pada Thalia. Itu alasan Kris membunuh lawan tawurannya dengan sadis seolah tidak ada ampun. Mereka haram mengancam Kris dengan menyebut nama Thalia, jika tidak. Kris akan sangat menggila. Pusing memikirkan banyak hal, akhirnya Kris putuskan untuk tidur. Ia tidak ingin banyak memikirkan hal. Sudah cukup lelah menyembunyikan keburukannya di depan Thalia.  ___________ Kediaman markas preman STM sudah menyusun rencana untuk melawan SMA Tadara Jaya. Mereka mati-matian menahan takut setelah tahu kalau Kris ikut dalam tawuran. Bagaimana untuk melawannya? Itu yang ada di pikiran Antonio. "Si Kris jadi ikut?" Tanya Anton kepada salah satu anak buahnya, terlihat sedikit panik. "Iya boss, tapi dari informasi yang gue denger dari mata-mata kita, dia sedikit bimbang buat ikut."  "Kenapa bisa gitu? Bukannya tuh anjing suka bantai orang sampe mampus?"  "Bos pernah denger kalo Kris punya cewe yang udah dua tahun ini dia pacarin?" Anton mengangguk. "Percaya kagak? Kalo Kris macarin cewe cantik,sexi, baik, pinter bahkan" "Kalo cantik sama sexi gue percaya, tuh curut gak bakal mau sama cewek buluk. Tapi kalo baik mah, mana ada cewek baik yang mau sama cowo psikopat macam dia?" "Nah di situ bos, cewek itu tahunya Kris cuma tawuran. Kalo sampe ngebunuh lawannya setahun yang lalu itu, dia gak tahu." Seringai licik terlihat di wajah Antonio, ia ingin sekali memberi tahu kekasih Kris siapa Kris sebenarnya. Rencana licik sudah tersusun rapi di otaknya. Akhirnya, setelah mencari tahu kelemahan apa yang dimiliki Kris, Antonio bisa menemukan jawabannya sekaran. Kris bisa menjadi bucin juga. Pikir Antonio. "Gue punya rencana." Ucap Antonio. "Rencana apa bos?" "Lo kasih tahu ke gue tentang pacar Kris."  ___________ Di sinilah sekarang Thalia, dia berada di supermarket untuk berbelanja keperluan rumah karena suruhan sang nenek. Thalia fokus mendorong trolinya, dan mencari barang yang sudah ada di kertas catatan yang neneknya berikan kepadanya. Asik mencari bahan yang ada di list, handphone Thalia berdering. Saat melihat layar, Kris menghubunginya melalui video call. Cepat, Thalia menggeser tombol hijau dan memposisikan handphonenya senyaman mungkin. "Iya apa sayang?" Tanya Thalia. "Kamu di mana?" "Di supermarket, nenek nyuruh aku belanja."  Kris mengerutkan dahi. "Kamu kok gak ngajak aku sih? Aku kangen kamu makanya aku VC."  "Iya maaf, aku takut ganggu kamu. Itu kamu bangun tidur juga kan? Pasti kamu kecapekan. Udah sana bangun terus mandi, berantakan itu rambut kamu." Oceh Thalia. "Iya aku bangun tidur, Langsung VC kamu. Kangen tahu." Balas Kris dengan suara serak khas.  "Btw udahan ya? Aku mau lanjut belanja dulu. Kamu cepet mandi, jangan lupa seragamnya taroh di mesin cuci. Sepatunya juga dilepas sayang, jangan kebiasaan males bukanya." Oceh Thalia.  Kris tersenyum mendengar apa yang kekasihnya ocehkan. Dia sungguh paham Kris dengan benar. "Kamu tahu aja aku masih pake sepatu. Yaudah aku tutup dulu ya. Bye sayang.. nanti malem aku ke rumah kamu, kangen. Sekalian nyapa nenek, dia baru pulang kan?" "Iya iya daaa..." Thalia mematikan ponselnya, dia lanjut untuk berbelanja keperluan. Setelahnya, gadis itu membayarkan semua belanjaannya di kasir. Ada yang aneh mengganggunya sedari tadi, ia merasa seperti ada yang membuntutinya hingga Bruk..  Plastik belanjaan yang digenggam Thalia terjatuh karena seseorang menabraknya dari belakang. Thalia sontak menunduk memunguti barang barang yang untungnya masih terkemas rapi. Orang yang menabrak Thalia ikut menunduk, pria itu membantu Thalia memunguti barang belanjaannya. "Maaf nabrak lo, lo gak papa kan?" Tanya pria tersebut. "Gak papa, makasih udah bantu."  "Loh! Bukannya lo ceweknya Kris? Kris Alifiandara?" Tanya pria itu. Thalia sontak menoleh dan menatap wajah pria yang membantunya, Thalia sempat mengingat, apa mereka pernah bertemu sebelumnya? Thalia terdiam, gadis itu masih tidak memikirkan hal lain. Mungkinkah Kris memiliki teman yang tak ia kenal sebelumnya? Teman Kris, Thalia tahu semua. Perkumpulan pentolan sekolah, Thalia tahu siapa saja. Tapi untuk sekarang, ia baru bertemu. "Kok lo tahu?" Tanya Thalia. "Come on girl, siapa yang gak tahu cewek Kris? Di i********: dia, banyak banget foto lo dan dia pernah nunjukin foto lo ke gue." Ucap pria itu. "Ah gitu." Balas thalia menggangguk-anggukkan kepalanya dan berdiri untuk menyangking barang belanjaan yang sudah dibereskan. "Gue bantu bawain ya." Tangan pria asing itu langsung merampas barang belanjaan Thalia. Tanpa persetujuan sang empu. "Gak usah, parkiran udah deket kok," Pria itu hanya tersenyum dan tetap tidak menyerahkan plastik tersebut. Artinya ia memaksa untuk membawakan belanjaan Thalia.  "Apa lo udah 2 tahun bareng kris?" Tanya pria itu. "Iya, lebih tepatnya hampir dua tahun." Sejenak mereka berjalan dalam diam, rasa canggung menjalar di hati Thalia. Ia tidak tahu kenapa dirinya merasa bahwa pria di sampingnya bukan teman dekat Kris. Auranya sangat berbeda. "Kris pasti udah cerita semua tentang dirinya ke lo kan?" Ucap pria itu. Thalia menoleh dan mengangguk pelan. "Termasuk tawuran?" Sambungnya yang mendapat respon Thalia yang sedikit terkejut, apa sebenarnya motif pria asing di sampingnya ini? "Iya, gue tahu kalau dia sering ikut tawuran, gue ngelarang dia dan sudah lama ini dia gak ikut hal kayak gitu lagi." Jelas Thalia melanjutkan langkahnya. Perasaan Thalia sedikit tidak enak dengan pria yang mengaku sebagai teman kekasihnya. "Lo yakin?"  Sebenarnya Thalia tidak yakin, tapi bagaimanapun ia harus mempercayai kekasihnya. Buktinya Kris tidak pernah terluka sangat parah. Hanya beberapa lebam di wajahnya dan itu real hasil dari adu jotos bersama temannya. "Ini mobil gue." Thalia menuju mobilnya dan membuka bagasi. Dia menaruh barang belanjaannya begitu pula dengan si pria asing.  "Makasih udah bantuin gue ya. hmm maaf juga ngerepotin." Ucap Thalia. "Iya nyante aja kali, oh ya kenalin gue Antonio." Ujar pria tersebut mengulurkan tangannya. "Gue Thalia Aqila." Balas Thalia menerima juluran tangan pria di hadapannya sedikit ragu. - To be continue -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN