SMA Tadara Jaya sudah bersiap melawan STM. Kalimat itu sudah seperti mantra dari tatapan percaya diri para brandal SMA TJ. Hari ini adalah waktu ditetapkan tawuran. Kedua kubu sudah berkumpul di tempat yang ditentukan. Untuk beradu kekuatan, siapa yang paling kuat dan siapa yang menang antara keduanya.
Kris sebagai ketua geng SMA TJ berada di depan menatap dingin pria yang berjarak beberapa meter dari tempatnya. Antonio, pria dengan tatapan mata tak kalah sengit dari Kris itu kini tersenyum miring pada pria di hadapannya.
"Woah Kris Alifiandara, Lo masih gak bosen tawuran?" Ujar Antonio. Keduanya sudah seperti kucing yang saling mengaung siap menerkam satu sama lain. Bedanya ini bukan memperebutkan kucing betina, melainkan memperebutkan kekuasaan.
"Lo mau gue bunuh, atau cuma bikin lo koma?" Tanya Kris dingin.
Sejenak ada perasaan takut menjalar di hati Antonio. Ia tahu Kris tidak akan main-main dengan ucapannya. Kris mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah pisau lipat. "Gue bawa pisau gue, artinya gue gak bakal main-main sekarang. Lo udah berani ngusik idup gue dengan ngelibatin cewek gue. Lo pasti tahu pisau ini udah gue gunain bunuh puluhan siswa tahun lalu, jangan sampe lo jadi yang selanjutnya."
Mendengar apa yang dikatakan Kris. membuat STM dan juga SMA TJ merinding, mereka tidak menyangka bahwa Kris begitu menyeramkan. Ia seperti titisan iblis. Tatapannya bukan main. Sangat menyeramkan. Sejenak, kubu STM saling melirik, mereka mulai sedikit ragu untuk melawan SMA TJ. Lebih baik mengaku kalah di awal dan nyawa mereka pulang dengan selamat.
"Apa cewek lo tahu kelakuan lo udah kayak psikopat gini?" Sindir Antonio.
"Gue paling benci nama cewek gue disebut. Lo tahu kan? Korban tawuran tahun lalu itu mati karena bawa nama cewek gue. Lo mau nyusul mereka ke neraka biar lo nggak bisa gangguin gue sama cewek gue?" Tanya Kris.
"Cewek lo? Thalia Aqila? Yang cantik dan pinter itu kan? Kok dia bisa mau sama psikopat macam lo sih? Perlu gue kasih tahu dia sekarang? Biar dia tahu kalo lo seberbahaya ini?"
Amarah Kris meluap saat Antonio memancingnya. "Banyak bacot lo b*****t!!!" Teriak Kris. Hal itu sontak membuat mereka langsung maju dan adu jotos dengan lawan mereka. Teriakan Kris seperti sebuah alarm untuk memulai perang.
SMA TJ maupun STM tidak memberi ampun pada masing-masing lawan. Begitupun Kris yang sudah menggila menghabisi Antonio. Kris kesetanan, ia tidak memberi celah kepada Antonio untuk sekedar melawannya.
"Lo jangan berani ngusik cewek gue b*****t! Ngomong namanya, oh enggak lo pikirin dia aja gak boleh!" Teriak Kris.
"Calm down uhuk. Dia bakal tahu kalo lo cowok psycho hahaha." Bukannya meminta ampunan, Antonio semakin gencar membuat Kris marah. Tentu saja ia harus membayarnya dengan rasa sakit akibar tinjuan Kris yang semakin sakit.
Melihat Antonio melemah, Kris menunjukkan senyum setannya. "Gue pengen bunuh lo biar lo nyesel udah ngancem gue pake nama cewek gue. Tapi bunuh lo dengan gue gebukin sampe mampus buat lo kesiksa, gue masih berbaik hati bunuh lo tanpa rasa sakit. Gimana kalo pake pisau ini?" Kris membuka lipatan pisau yang digenggamnya.
Raut wajah Antonio sudah sangat ketakutan, ia tidak ingin mati di tangan pria setan yang masih mengunci pergerakannya. Ia sedikit merasa khawatir kalau Kris benar-benar akan membunuhnya. Tapi ia berusaha untuk tenang agar nyawanya selamat. Ditambah sebelum melakukan tawuran, ia sudah menyusun rencana sehingga tidak akan ada korban yang jatuh jika benar STM kalah dari SMA TJ.
Sudah saatnya untuk mengeluarkan senjata yang akan melemahkan Kris. Pikir Antonio. Jika ia terlambat, nyawanya akan habis saat ini juga. "Bunuh aja gue sekarang, dan lo bakal kehilangan cewek lo saat itu juga. Bukannya lo udah bunuh banyak orang setahun yang lalu?" Ujar Antonio berusaha setenang mungkin.
"Gue emang ngebunuh mereka! Kenapa? Lo mau gue bunuh juga? Minta maaf sekarang! Dan jangan berani-benar bawa nama cewek gue lagi b*****t!" Teriak Kris.
Senyum di bibir Antonio tersungging, pria itu kini sudah memenangkan pertarungannya meski tak secara fisik.
"Thalia, kamu udah denger sendiri kan? Kris, Game over." Ujar Antonio. sedang Kris masih mencerna apa yang Antonio lakukan. "Thalia udah tahu semuanya Kris." Tambah Antonio menjelaskan.
Kris melemah, ia sudah tidak lagi mengunci pergerakan Antonio. Bahkan, pisau lipat di tangannya sudah terjatuh entah ke mana. Dengan sisa kekuatan, Anton duduk dan mengambil handphone dari dalam sakunya. Anton memperlihatkan layar handphone yang sedang aktif menelepon seseorang kepada Kris. Tertera jelas di layar handphone. Thalia.
"b*****t! Dia bukan Thalia gue!!" Teriak Kris frustasi.
Dengan senyum miris, Antonio melempar handphonenya kepada Kris. Antonio sudah mengaktifkan loundspeaker terlebih dahulu. Pria itu tampak percaya diri setelah berhasil menghancurkan Kris dengan caranya. Karena Antonio tahu kelemahan Kris adalah Thalia.
Dengan tangan bergetar, Kris mengambil handphone yang tergeletak di trotoar. Terdengar samar suara isak tangis di seberang telepon, membuat Kris semakin yakin kalau benar Antonio menelepon Thalia sejak tadi. Durasi telepon tersebut sudah setengah jam lamanya.
"Sayang ini bukan kamu kan?" Tanya Kris dengan perasaan yang campur aduk.
"Kamu jahat."
Dua kata sederhana yang lolos membuat Kris yakin jika benar Thalia sudah tahu semuanya.
"Sayang, Thalia-"
Belum selesai Kris melanjutkan kalimatnya, Thalia memotong ucapan Kris dnegan mengatakan salah satu kalimat yang menjadi mimpi buruk Kris. "Sementara waktu, aku gak mau ketemu kamu, aku mau mikir lebih dalem lagi tentang hubungan kita Kris. Maaf." suara Thalia terdengar parau.
"Aku gak mau Tha, iya aku salah. Maaf. Aku ke rumah kamu sekarang ya." Kris terlihat sangat panik. Ia sangat ketakutan kehilangan gadis itu.
Tidak ada jawaban, Thalia sudah memutuskan sambungan teleponnya. Karena sudah tersulut emosi, Kris melempar handphone Antonio.
"b******k! Kalau sampe gue putus sama Thalia, lo orang pertama yang gue cari. Gue bakal bunuh lo b*****t!" Bentak Kris.
__________
Berkali-kali Kris menekan bel rumah Thalia. Hingga akhirnya pintu tersebut terbuka lebar menunjukkan seorang wanita tua. Nenek Thalia yang membuka pintunya.
"Nenek, Kris mau nemuin Thalia nek." Ucap Kris memegang kedua tangan nenek Thalia. Kris sangat panik.
"Thalia gak ada di rumah Kris, dia izin untuk pergi dari rumah. Tapi Thalia nggak ngomong mau ke mana. Bilangnya ada keperluan." balas nenek Thalia.
"Serius nenek nggak tahu?"
"Iya, Nenek juga tadi sudah maksa tanya mau ke mana, tapi Thalia cuma bilang ke nenek kalau nggak usah khawatir. Thalia bakal pulang cepet."
"Makasih nek, Kris cari Thalia dulu ya, nek."
"Emang ada apa Kris? Nenek jadi khawatir gini sekarang. Biasanya kan kamu tahu Thalia di mana."
"Thalia nggak akan kenapa-kenapa nek. Thalia pergi dari rumah buat ngindarin Kris. Kris bertengkar sama Thalia. Kris ke sini mau minta maaf." Ujar Kris menjelaskan.
"Ada masalah naon? Nggak kayak biasanya kalian gini."
"Kris yang salah nek. Kris minta maaf. Kris pergi dulu cari Thalia ya, Nek."
"Yaudah kalau gitu, selesaikan masalah kalian. Apa kamu nggak mau masuk dulu Kris?"
"Terimakasih nek, tapi Kris mau nyari Thalia dulu." Kris menyalimi nenek Thalia dan kemudian melesat pergi. Satu-satunya rumah yang terlintas di benak Kris adalah rumah Angel, teman sebangku Thalia.
Buru-buru ia pergi ke rumah gadis itu. Sesampainya di sana, Kris menatap Angel yang bingung akan kedatangan dirinya.
"Ada apa Kris?" Tanya angel.
"Lo tahu di mana Thalia?" Balas Kris to the point.
"Tadi dia sempet ke sini, dia ngasih surat ke gue buat izin nggak masuk sekolah. Dia bawa koper besar sih. Pas gue tanya dia malah diem dan langsung pergi." Jelas Angel.
Kris semakin bingung, hatinya sesak. Apakah benar Thalia akan break dengannya? Ia tidak mau putus dengan Thalia. Itu saja.
"Please Ngel, kalo lo punya berita tentang Thalia, lo bilang ke gue. Mana handphone lo." Angel memberikan handphonenya pada Kris. Pria itu langsung mengetikkan nomernya. "Ini nomer gue, sekarang gue mau cabut buat nyari dia. Kabari gue Ngel." Ucap Kris tergesa-gesa meninggalkan rumah Thalia.
Angel terdiam mematung. Ia merasa bersalah dengan acting yang dia perankan. Sebenarnya saat ini Thalia berada di kamarnya sedang terisak menangis dengan keras. Thalia tidak mau cerita.
Melihat punggung Kris yang sudah pergi dari rumahnya, Angel kembali memasuki kamarnya. Masih ada Thalia yang terisak di sana. Angel mendekat dan menenangkan hati Thalia dengan memberinya sebuah pelukan. "Lo bilang sama gue ada apa Tha. Kris panik banget nyari lo." Thalia masih tidak menjawab. "Apa masalah kalian gak bisa dibicarakan baik baik? Lo juga baru kali ini berani ngindarin cowok lo." Ucap Angel melanjutkan ucapannya.
Thalia merenggangkan pelukannya. Ia menatap Angel dengan mata yang masih menangis. "Kali ini kesalahan dia fatal banget Ngel. Gue, gue gak nyangka dia sejahat itu. Gue takut ketemu dia. Gue takut." Balas Thalia seraya mengingat kata-kata yang dilontarkan Kris di dalam telepon. Kris sangat asing.
"Udah jangan nangis yah Tha. Apapun masalahnya, lo pasti kuat kok. Kalian pasti bakal bisa ngelewatinnya." Angel masih menenangkan sahabat sekaligus teman sebangkunya itu.
Untuk saat ini, biarkan Thalia bersikap egois. Ia sungguh takut kepada Kris. Ia tidak mau malah akan membenci pria itu jika bertemu saat ini juga. Thalia butuh waktu untuk berpikir bagaimana ke depannya.
- To be continue -