Terlihat seorang lelaki yang duduk menunduk memandangi marmer diantara kedua kaki. Ada beberapa teman lelakinya yang juga duduk disana. Wajah yang tampan dan imut masih melekat, sayang, sebuah kekecewaan merubahnya menjadi pribadi yang jauh berbeda. “Kai,” Radja masuk dengan wajah penuh kekhawatiran. Mendengar namanya dipanggil, dia menoleh sesaat. Ada binar bahagia. Namun, itu lenyap seketika. Melengos, mengalihkan pandangan kearah lain. “Ayo pulang.” Ajak Radja. Kai menatapnya, keningnya berkerut. “Pulang?” Di balas dengan anggukan kecil. “Iya, pulang. Semua sudah beres.” Alisnya terangkat keatas, lalu tersenyum miring. “Ok.” Menatap beberapa temannya. “Gue duluan brow! Kalo besok kalian belom juga keluar, gue pasti bebasin kalian.” Teman-temannya melempar senyum dan memberi acung