Sejak tiba sore tadi, Prana tidak beranjak sedikit juga dari sisi Vio. Meski senang ada yang menemani, Vio kasihan juga melihat Prana yang sepertinya kelelahan. Bahkan pria itu sudah beberapa kali kelihatan hampir tertidur sambil duduk. “Mas Prana enggak pulang?” Prana menutup mulutnya menahan kuap. “Saya akan jagain kamu di sini.” “Capek loh, Mas. Pulang aja ya?” pinta Vio tidak tega. “Kalau saya pulang, siapa yang temani kamu?” “Saya enggak perlu ditemenin, Mas. Saya bisa sendiri kok.” “Kalau ada yang bisa jaga, kenapa ditolak, Vi?” “Bukan nolak, Mas. Cuma kasian.” “Jangan pikirin saya, pikirin aja kesehatan kamu,” sahut Prana yang terlihat tidak ingin berdebat lagi. Akhirnya, Vio diam. Sadar jika percuma saja memaksa Prana meninggalkannya. “Tidur, Vi. Sudah malam.” “Mas Pran