“Aku iri padamu. Kau begitu seksi dengan tatomu itu, Cyril. Daddy melarangku mentato tubuhku, tapi tak melarang kakak kakakku. Itu tak adil, kan?” gumam Vivyan yang kini menghisap rokoknya dengan berbaring di kursi santai yang ada di sebelah kolam renang.
Cyril yang sedang berjemur menikmati matahari siang, menoleh pada Vivyan.
“Kau beruntung, Vivy, setidaknya ada yang melarangmu,” jawab Cyril dan membenarkan letak kacamata hitamnya.
“Hei, ceritakan padaku bagaimana serunya hidupmu dulu. Dan bagaimana bisa Uncle Noah tak melarangmu melakukan apa pun yang kau inginkan,” kata Vivyan.
“Aku tak terlalu mengenalnya. Kami sering terpisah sejak lama karena dia melakukan pekerjaannya di banyak negara,” jawab Cyril mengarang.
“Mommy pernah bilang bahwa Uncle Noah adalah pegawai medis, apakah itu benar?”
“Ya, dia bekerja di rumah sakit tapi aku tak ingin membicarakannya. Kita bahas yang lain saja,” jawab Cyril.
“Aku penasaran dengan ceritamu, Cyril.”
“Aku lebih penasaran pada kakakmu. Ceritakan padaku bagaimana Denzel dan berapa lama dia berpacaran dengan wanita itu,” sahut Cyril.
“Belum sampai setahun kurasa. Jangan mengganggunya, dia akan menjadi singa pemarah jika ada yang mengusiknya.” Vivyan memberi saran.
“Bagaimana dengan Hanna?”
“Dia baik dan lembut, berasal dari keluarga sempurna dan kurasa kakak akan segera melamarnya,” jawab Vivyan.
“Kau akan membenciku jika aku merusak hubungan mereka?”
“Jangan gila,” sahut Vivyan dan beranjak dari kursinya lalu menuju ke arah tangga papan loncat.
Cyril membuka kaca mata hitamnya lalu mengikuti Vivyan di belakangnya. Tak lama kemudian Cyril mendorong Vivyan ke arah kolam renang.
BYUR
“Hei, aku ingin melompat indah,” protes Vivyan ketika baru mengeluarkan kepalanya dari dalam air.
Cyril tertawa dan akhirnya dia yang melompat dari papan itu dengan gerakan yang cukup indah.
BYUR
Cyril mendarat ke dalam kolam dengan sempurna dan kemudian menarik kaki Vivyan dari bawah.
Vivyan tertawa dan mereka bergulat di dalam kolam. Ya, Vivyan senang dengan kehadiran Cyril di dalam keluarganya karena dia hanya memiliki satu saudara perempuan saja—yaitu Lilyan—yang bahkan kini sudah menikah hingga jarang menghabiskan waktu bersama.
Jadi Vivyan tak memiliki teman lagi sejak kakaknya menikah meskipun dia punya banyak teman di liar sana.
Namun Lilyan berbeda dengan Cyril yang selalu seru jika diajak mengobrol dan bertingkah gila karena mereka memiliki karakter yang sama gilanya.
*
*
“Minggu depan kami akan berlibur ke villa pantai,” kata Vivyan sembari menyantap makan siangnya di area kolam.
“Denzel ikut?” tanya Cyril.
“Tidak, karena ada kau. Sorry, no offense,” sahut Vivyan.
“Sepertinya dia bukan tipe yang suka dikejar.”
“Entahlah, aku tak terlalu tahu seleranya karena dia cukup sering berganti kekasih dan mereka wanita yang karakternya berbeda,” jawab Vivyan.
“Menurutmu dia akan bertahan lama dengan Hanna?”
Vivyan menatap lekat Cyril yang masih memakai kacamata hitamnya.
“Apakah kau benar-benar menyukainya? Mengapa tak memilih Killian atau kakakku yang lain?”
“Denzel lebih pas untukku,” jawab Cyril. “Bantu aku mendapatkannya.”
“Kau gila? Tidak, aku tak pernah ikut campur masalah pribadi kakakku. Meskipun kita bersahabat sekarang, aku tak mau terlibat dalam kelicikanmu itu.” Vivyan menjitak kening Cyril.
“Hei, bisakah memberiku pekerjaan? Kau menjadi Wakil direktur di perusahaan Uncle, bukan? Aku tak suka menganggur seperti parasit,” kata Cyril sambil menghisap rokoknya.
“Kau siap bekerja?” tanya Vivyan.
“Ya, tentu saja, aku siap kapan saja. Hanya saja kemarin Aunty masih melarangku agar aku benar-benar fit dulu.”
“Oke, apa keahlianmu?” tanya Vivyan sembari meminum wine langsung dari botolnya.
“Semuanya aku bisa. IT, audit, marketing, finance. Tapi aku menghindari marketing. Aku tak terlalu suka banyak bicara,” jawab Cyril sembari menelungkupkan tubuhnya dan menopang dagu dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang rokok.
“Kau hebat sekali. Apakah sebelumnya kau anak buah mafia?” tanya Vivyan random.
“Tebaklah.” Senyum smirk Cyril menyungging di sudut bibirnya.
“Aku tak suka tebak-tebakan. Tapi dilihat dari tatomu, kurasa kau pernah melakukan pekerjaan ilegal.” Vivyan mengangkat satu alisnya.
“Hmm, dan aku mengaku pada Uncle Julian tentang hal itu. Aku pernah menjual narkoba karena masuk dalam kelompok geng.” Cyril kemudian mengambil botol wine dari tangan Vivyan lalu meneguknya.
“Oh my … Kau benar-benar brutal sepertinya, tapi itu tak masalah bagi keluarga kami asal kau sudah bertobat,” jawab Vivyan dan membuat Cyril hampir tersedak karena ucapan random Vivyan itu.
Lalu mereka tertawa berdua dan tak menyadari bahwa ada seorang pria yang berjalan ke arahnya dengan wajah marah.
“Cyril,” panggil Denzel dengan wajah marah.
Cyril dan Vivyan seketika menghentikan tawanya dan melihat ke arah pria tampan itu.
“Kakak? Ada apa kemari?” tanya Vivyan heran karena Denzel tiba-tiba datang ke mansion orang tua mereka di saat pria itu sudah mengultimatum tak akan pergi ke sana sebelum Cyril pergi dari sana.
“Hei, kau merindukanku?” Cyril tersenyum miring.
“Itu tak lucu! Apa yang kau lakukan itu sama sekali tak lucu, Cyril!” bentak Denzel marah.
“Kakak, ada apa?” Vivyan berdiri dan kemudian berdiri di depan Denzel.
Sedangkan Cyril masih santai dengan posisi tubuh tengkurap dan kaki menekuk ke atas. Wanita itu menghisap rokoknya dan menghembuskannya seakan sedang mengejek Denzel.
“CYRIL!” marah Denzel.
“Aku tak mengerti maksudmu,” jawab Cyril.
“Alamat ip komputer yang kau pakai adalah alamat ini. Kau pikir aku tak akan menemukanmu!” bentak Denzel.
“Owh … masalah itu? Ah ya, aku baru ingat.” Cyril masih santai.
Denzel masih menatap tajam pada Cyril dan Vivyan menahan Denzel agar tak menghampiri Cyiril dalam keadaan emosi seperti itu.
“Aku hanya mengungkap fakta, Denzel. Seharusnya kau senang dengan apa yang kulakukan, bukan? Kau akan memutuskannya sekarang?” Cyril tersenyum.
Ingin rasanya Denzel menghajar wanita itu, namun dia tak akan bisa melakukan itu karena dia masih melihat sang ibu yang begitu menjaga Cyril.
“Ada apa, Cyril?” tanya Vivyan heran.
“Tanyakan pada kakakmu yang kekasihnya memiliki video syur dengan mantan pacarnya dulu. Huhuhu … ternyata dia bertopeng lugu dan lembut selama ini,” ejek Cyril.
“Kau …!” Denzel semakin emosi.
“Wait … Aku masih tak mengerti dengan ini,” kata Vivyan.
“Setidaknya aku sudah blur beberapa bagian sensitifnya, Denzel. Tapi maaf, aku tak bisa mengedit desahan liar mereka.” Cyril tersenyum puas.
“Kau benar-benar kurang ajar, Cyril. Aku pastikan kau akan segera keluar dari sini sebentar lagi. Kau ular yang mengerikan,” jawab Denzel.
Lalu Cyril beranjak berdiri dan menghampiri Denzel.
“Ya, aku memang ular dan itulah mengapa ada tato ular di sepanjang kakiku,” kata Cyril memancing.
“Cyril, jangan semakin memancingnya.” Vivyan menahan tubuh Cyril yang akan mendekati Denzel yang emosinya sudah tak bisa dibendung lagi.
Vivyan tahu bahwa Cyril adalah wanita yang keras kepala dan terkesan pemberontak, namun jarang ada yang tahu bahwa Cyril adalah wanita yang menyenangkan dan baik.
Itu yang disimpulkannya selama dia berteman dengan Cyril selama hampir satu bulan terakhir. Dan Denzel men-cap Cyril sebagai wanita liar yang toxic.