Saat mendengar suara tepuk tangan yang terlihat normal itu, tiba-tiba saja, sekeliling Anton berubah. Dia tak lagi melihat rumah kayu sederhana yang berlantaikan plester tanpa lapisan ubin atau keramik. Dia melihat sebuah istana megah yang didominasi warna emas dan merah. Anton melihat ke arah dirinya sendiri dan menemukan kalau dia tengah duduk di suatu ruangan balairung yang memiliki empat tiang soko guru sama seperti rumah Akbar, tapi saat melihat ke arah Akbar yang duduk di depannya, Anton terkesima. Akbar yang tadi hanya mengenakan sebuah kaos oblong lusuh dan sarung dengan sebuah peci hitam lusuh di kepalanya, kini berubah sosoknya. Akbar tak mengenakan apa-apa di bagian atas tubuhnya tapi mengenakan kain batik di bagian bawahnya. Dia mengenakan sebuah mahkota tinggi dihiasi permata