Chapter 20 - Roda

1045 Kata
Astuti terduduk di lantai sambil menyandarkan punggungnya ke pintu. Dia berpikir, hidupnya sudah terlepas dari si iblis betina itu ketika ikut tinggal bersama Joyo di sini. Tapi tak disangka, si iblis itu mengikuti mereka ke sini dan kembali merobek kehidupan Astuti yang terasa mulai membaik lagi. Hidup memang seperti roda yang berputar, tapi bagi Astuti, perputaran itu telalu cepat dan tak membiarkan dirinya untuk menikmati perjalanan hidupnya sendiri. Masa-masa kecil Astuti adalah masa bahagia yang dia lewati dengan hidup sederhana. Seiring berjalannya waktu, Astuti beranjak dewasa tapi dia tak pernah merasa kekurangan atau kecewa dengan hidupnya yang serba sederhana. Toh dia punya orangtua yang menyayangi anak-anaknya. Lalu, bagaikan sebuah siraman air dingin yang membangunkannya dari mimpi indah, Bapak, orang yang paling dihormati Astuti dalam hidupnya, tega melakukan perbuatan keji yang tak pernah terbayangkan kepada dirinya, membuat dunia indah sederhana Astuti tiba-tiba menjadi mimpi buruk kelam yang menakutkan. Tak cukup sampai di situ, Astuti juga harus merasakan penyesalan karena kehilangan Bapaknya setelah permintaan maaf yang laki-laki itu ucapkan ketika menjelaskan semuanya. Penjelasan yang hanya Astuti anggap sebagai alasan pembenaran dari seorang setan setelah selesai melakukan perbuatan kejinya. Ketika Astuti merasa bahwa dia sudah berada dalam titik terendah dalam hidupnya dan tak akan mungkin lagi tergilas di bawah roda kehidupan, Retno memaksakan sebuah pernikahan dengan mencarikan seorang bandot tua mata keranjang sebagai calon suaminya. Saat itulah Astuti benar-benar menyadari siapa sosok sebenarnya sang Iblis yang telah membuat kehidupannya terperosok serendah ini. Sejak saat itu, Retno menjadi sosok wanita yang paling Astuti benci dalam hidupnya. Astuti kehilangan semangat hidup dan menjalani semuanya seperti mayat hidup yang hanya memiliki jasad tanpa jiwa. Bergerak kemana pun diminta tanpa merasakan apa pun dan tak peduli semuanya. Tapi, ketika dirinya merasakan ada kehidupan lain yang muncul di dalam rahimnya, Astuti mulai berubah. Perlahan tapi pasti, dia mulai berusaha untuk lebih optimis dan mencoba untuk bangkit. Ditambah lagi perlakuan Joyo yang juga berubah drastis sejak Astuti hamil, Astuti mulai yakin jika roda kehidupannya perlahan mulai membaik. Mungkin ini saatnya dia merasakan kebahagiaan lagi yang sudah lama hilang dari kehidupannya. Astuti sendiri juga tahu jika dia tak mungkin mendapatkan kebahagiaanya selama dirinya masih berada di dekat Sang Iblis yang telah merenggut semuanya. Karena itulah Astuti meminta suaminya agar dirinya tak serumah dengan Retno. Selama beberapa bulan terakhir, Astuti benar-benar mulai bersemangat kembali. Senyuman mulai menghiasai wajahnya yang perlahan tapi pasti bertambah semakin cerah setiap hari. Wajah yang dulu selalu datar dan lesu kini seperti mentari pagi yang membuat semua orang di sekelilingnya merasakan hangatnya pagi. Bahkan Joyo pun mengakui itu. Sebuah rasa yang mungkin terasa janggal dimiliki oleh seorang laki-laki bajingann sepertinya entah sejak kapan muncul di dalam tubuh lelaki tua bangka itu. Joyo benar-benar merasa beruntung telah memperistri Astuti. Tapi semua itu tiba-tiba lenyap tak berbekas ketika sang Iblis tiba-tiba kembali datang dalam kehidupan Astuti dan Joyo. Astuti hanya bisa terduduk di lantai sambil menyandarkan punggungnya ke pintu. Dia menangis tanpa suara karena dia tahu apa yang saat ini sedang dilakukan oleh ibu kandung Astuti sendiri terhadap suami anaknya. ====== “Buk…” Suara panggilan disertai gedoran pintu kembali terdengar tapi Astuti tak peduli. Dia terbaring sambil menangis di atas ranjang dan menggunakan bantal untuk menutupi telinganya. “Buka Buk!!!” teriak Joyo dari luar kamar sambil semakin keras menggedor kamar, dia mulai kehilangan kesabaran. Tetap tak ada jawaban dari kamar lalu suasana menjadi tenang tak lama kemudian. Braaakkkkk. Tiba-tiba pintu kamar Astuti jebol karena didobrak sekuat tenaga oleh Joyo. Di belakangnya, beberapa orang pekerja di rumah Joyo terlihat melongok ke dalam kamar dengan rasa penuh penasaran. “Bubar!!” bentak Joyo ke arah pekerjanya. Tak lama kemudian, hanya ada Joyo yang duduk di tepian ranjang melihat ke arah istrinya yang menangis sesenggukan dengan kedua mata yang membengkak kebiruan. “Kamu napa nangis, Buk?” tanya Joyo lembut ke arah Astuti. Astuti tak menjawab dan memalingkan wajahnya. Joyo menarik napas panjang, “Dasar anak-anak. Menangis dan marah tanpa sebab,” gerutu Joyo ke arah Astuti. Memang, melihat jarak umur antara mereka berdua, Joyo layak memanggil Astuti anak-anak. “Anak-anak?” “Tanpa sebab?” “Mas tadi ngapain sama si s****l itu di kamar tidur tamu?” tanya Astuti dengan nada dingin di sela-sela isak tangisnya. “Eh?” Joyo jelas kaget. “Itu…” “Ngapain?” tanya Astuti lagi. “Kami…” “Keluar dari kamar ini sekarang juga!” teriak Astuti tanpa menoleh ke arah suaminya. Joyo, mungkin karena merasa bersalah, berjalan keluar dari kamarnya tanpa kata-kata. ====== Joyo menarik napas panjang dan menghisap rokoknya. Dia kembali teringat percakapannya dengan Mbah Rebo beberapa bulan lalu sebelum dia menikah dengan Astuti. Awalnya, Joyo berniat untuk meminang Retno untuk menjadi istrinya. Dari segi umur, mereka tak terpaut jauh dan memang sama-sama sudah menduda atau menjanda. Bisa dikatakan, Joyo dan Retno adalah pasangan yang cocok. Ditambah lagi, Joyo memang waktu itu kesengsem berat dengan Retno, sama seperti banyak laki-laki lainnya di desa Setoyo. Tapi setelah bertemu dan meminta pendapat gurunya, Mbah Rebo, dan mendapatkan peringatan bahwa ada sesuatu yang selama ini mengikuti Retno dan menjadi pelet yang membius para laki-laki hidung belang itu, Joyo tentu saja mengurungkan niatnya. Sebagai gantinya, Joyo justru meminang Astuti sebagai istrinya. Sebagai Raja kecil di desanya, Joyo tak kekurangan uang dan wanita. Sekalipun statusnya adalah seorang duda sejak istrinya meninggal, sudah berapa puluh wanita yang Joyo rasakan tubuhnya. Bagi Joyo waktu itu, Astuti hanyalah seorang gadis cantik bunga desa biasa, tak ubahnya seperti gadis-gadis lainnya. Joyo sama sekali tak memiliki perasaan spesial untuk Astuti saat dia meminangnya, begitu juga saat memperistrinya. Bagi Joyo, tak ada yang istimewa dari Astuti yang membedakannya dari wanita-wanita lain dalam hidupnya. Tapi semua itu berubah ketika Astuti hamil. Joyo mungkin orang terkaya di kampung mereka. Joyo juga tak pernah kekurangan uang dan wanita selama puluhan tahun hidupnya. Tapi dia punya satu kekurangan yang selama ini terus menerus menghantui hidupnya. Joyo belum memiliki keturunan. Sekalipun Joyo berusaha untuk memendamnya dan melupakannya, tetap saja semua itu selalu menghantuinya sebagai laki-laki. Apa kata mereka semua jika Joyo sang Kepala Desa ternyata tak bisa memiliki keturunan? Ataukah selama ini mereka selalu mengolok-olok di belakang punggungnya sebagai seorang laki-laki mandul? Karena itulah saat mengetahui istrinya hamil, dunia Joyo langsung berubah. Kini dia bisa mengangkat kepala dan menepuk d**a. Dia bisa membuktikan kelelakiannya dengan membuat seorang wanita mengandung benihnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN