Pertanyaan itu kembali terdengar dan membangunkan Akbar dari lamunannya. Dia hanya menatap nanar ke arah gelas teh hangat yang dipegangnya. Anton, Lina, dan Vina menatap kuatir ke arah Akbar yang pucat pasi. Mereka penasaran setelah mendengar Akbar tadi mengatakan bahwa dia tak bisa membantu apa-apa. Tak lama kemudian, Akbar menarik napas panjang, “Maaf, keliatannya saya memang ndak bisa bantu keluarga sampeyan untuk bersihin rumah ini,” ulang Akbar lagi ke arah Anton. “Kenapa Gus?” tanya Anton. “Anu. Saya ndak tahu sejarahnya, tapi mahluk yang mengganggu di rumah ini, bukan sembarangan,” jawab Akbar, “yang jelas, saya bukan tandingan mereka,” lanjut Akbar sambil menundukkan kepala. “Lalu… Saya harus gimana, Gus?” tanya Anton. “Nanti coba saya cari bantuan. Mmm… Kalau bisa, sampeyan j