Suasana di rumah Balqis berubah setelah kedatangan Marcello. Kedua orang tuanya yang masih tidak percaya kalau dirinya akan menikah, setiap kali bertemu akan bertanya tentang kesiapannya. Sang mama, tidakmberhenti berceloteh dan memberi nasehat, untuk lebih berhati-hati dalam bertutur kata, karena yang dihadapi kini bukan orang biasa. “Pak Marcello memang baik padamu, bukan berarti kamu boleh berbuat semena-mena. Bagaimanapun juga, dia laki-laki yang bertanggung jawab.” “Iya, Ma. Aku paham.” “Jangan sembarangan emosi.” “Iya, Ma.” “Jangan juga sembarangan kabur. Kalau ada masalah, diskusikan berdua.” “Tentu saja.” “Awas aja kalau kamu macam-macam!” Tidak tahan lagi dengan omelan sang mama, Balqis memilih untuk menghindar. Reaksi papanya lebih tenang, hanya mengingatkan untuk menja