Selesai mandi, Rhe duduk di kursi menghadap jendela. Ia memandang sekeliling rumah. Ia tahu sekuriti di rumah Bapak Bahran cukup banyak. Tapi kecolongan seperti tadi mungkin saja terjadi. Tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk. Rhe berjalan menuju pintu dan membukanya. Ternyata Barra yang membawa kotak P3K ditangannya. “Sebelum tidur, aku obati dulu lecet-lecet di tanganmu,” Barra tersenyum. “Tapi tidak apa-apa. Aku tidak merasa sakit juga,” Rhe tidak ingin merepotkan Barra. “Rhea, luka sekecil apapun bisa menimbulkan bekas. Kalau kamu sering seperti ini, dan dibiarkan, nanti ada bekas di kulitmu. Aku tidak mau itu,” Barra bersikukuh. “Sekarang, angkat tanganmu,” Barra mengambil salep luka untuk lecet-lecet yang ada di sepanjang tangan kanannya. Ia mulai bicara sambil