Rhe berbaring di tempat tidurnya. Pertemuan tadi, membuatnya terharu. Ia tidak menyangka kalau ternyata Barra seserius itu. Dan, Bapak Bahran bahkan memintanya untuk memanggilnya papa. Mereka berdua bukan keluarga biasa-biasa. Bahkan termasuk keluarga konglomerat di tanah air, tapi mau datang ke apartemennya yang sederhana. Bagaimana mungkin ia tidak terharu? Ada air mata membasahi pelupuk matanya. Rhe memutuskan untuk bangun dan mengetuk kamar tamu, tempat mamanya tidur. “Masuk Rhe,” Pertiwi ternyata belum tidur. “Darimana mama tahu ini aku?” Rhe duduk di sebelah mamanya. Pertiwi langsung tertawa, “Rhea.. Aduhh. Mama kadang bingung, kamu ini pintar atau bodoh? Selalu saja telat berpikir untuk urusan seperti ini.” “Maksudnya?” Rhe dengan polosnya bertanya. “Di rumah ini selain