Damar tak lagi bisa menahan tawanya. Ia tertawa terpingkal-pingkal. Tak percaya dengan semua yang terjadi. Ia jadi senior yang dihormati dan banyak orang segan padanya. Tapi, perempuan di hadapannya ini sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Tak hanya itu, gara-gara Ami, ia kalah. Selalu kalah cepat soal hubungan ini.. Kontak pertama kali, Ami yang melakukannya. Ciuman pertama, Ami juga yang melakukannya. Bahkan, pernyataan suka pertama kali, lagi-lagi Ami yang melakukannya. Ia seperti laki-laki tanpa daya.. Damar tak henti tertawa. Ah, ini lucu sekali.. “Abang, kenapa tertawa? Apa ucapanku ada yang salah? Apa abang aslinya tidak menyukaiku?” Ami terus bertanya dengan wajah polosnya yang terlihat bingung. Damar akhirnya berhenti tertawa. Ini tawa yang mungkin bertahun tahun