Jauh lebih tampan dari Bryan (Dylandra)

1314 Kata
Setelah keluar dari kamar, Dylandra langsung masuk ke dalam lift menuju ke lantai bawah dan dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang. “Halo!” ucapnya saat panggilan telepon itu dijawab. Di seberang sana. Seorang pria tampan sedang duduk menatap foto dirinya dengan Dylandra, dia merasa sangat sedih karena berita kecelakaan itu, membuat dirinya harus kehilangan satu-satunya sahabat terbaiknya itu. Namun, tiba-tiba saja. Pria itu langsung terkejut saat melihat layar ponselnya yang terus menyala dan menunjukkan nama ID dari nomor sahabatnya itu. “Andra! I-ini nomor ponselnya dia! Bukannya kecelakaan pesawat itu ....” Secepatnya dia duduk tegak dan langsung menjawab panggilan telepon itu. “Ha-halo Andra! Apakah ini ka-kamu?” tanyanya dengan suara bergetar. Dylandra yang mendengar suara sahabatnya itu langsung mengerenyitkan dahi. “Halo! Nevan, kamu kenapa?” tanyanya dengan nada heran. Sedangkan Nevan, dia langsung tertawa bahagia mendengar suara sahabatnya yang dia kira sudah meninggal karena jadi korban kecelakaan pesawat itu. “Hahahaha ... Andra! Kamu benar-benar Andra! Syukurlah kamu baik-baik saja! Tadi aku pikir jika yang menelpon ini adalah orang yang menemukan ponsel kamu, tapi ternyata ... Hahaha ... Ternyata ini beneran kamu,” ucapnya dengan tawa bahagia karena sahabat terbaiknya masih hidup dan dia tidak jadi meratapi kepergian sang sahabat yang dia pikir, sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Dylandra menghela napas pendek dan segera mengatakan niatnya menghubungi Nevan. “Cukup ya Nevan! Sekarang kamu sudah tahu, kalau aku masih hidup, jadi bisakah kita bicara serius,” ucap Dylandra. Nevan pun berhenti tertawa dan dia pun berubah menjadi mode serius. “Ok! Sekarang katakan apa mau kamu Andra? Tapi katakan dulu kamu sekarang ada di mana dan mengapa kamu bisa selamat? Aku penasaran sekali,” ucapnya. Dylandra memijat dahinya dan pintu lift pun terbuka, segera dia melangkah keluar sambil menjawab pertanyaan sahabatnya itu. “Tolong ambilkan koperku di Bandara, tadi aku menitipkannya di sana dan karena kesal, ya cari hiburan sendiri dengan pergi ke pantai yang lumayan jauh dari bandara,” ucapnya dengan santai. Nevan melotot dan bola matanya hampir saja keluar dari tempatnya karena terkejut. “Gila! Bisa-bisanya kamu ... Arghhh! Andra dasar gila kamu! Jangan bilang kamu ke pantai mau cari mangsa baru di sana? Lalu ... Kalau kakek kamu tahu dengan kelakuan kamu itu, dia pasti ....” “Ssstt! Tenang saja! Kakek sudah tahu semuanya dan dia malah bahagia karena tahu kalau aku masih hidup kok! Tapi ....” Dylandra menghentikan ucapannya, ketika melihat sosok pria bersama dua pengawal yang memakai pakaian serba hitam berada dihadapannya dan Dylandra melihat pria itu sedang memarahi kedua pria itu. “Bodoh! Bisa-bisanya kalian kehilangan dia! Hanya seorang wanita saja, kalian tidak becus menemukannya!” teriaknya dengan kasar. Kedua pria itu hanya menunduk dan meminta maaf, karena tidak mampu memenuhi tugasnya. “Maafkan kami bos! Kami akan berusaha semaksimal mungkin menemukan calon istri anda, kami yakin jika calon istri anda masih ada di sekitar sini, dia ....” “Sudahlah! Pergi sana! Cari lagi, pokoknya hari ini kalian harus menemukan dia! Saya tidak mau tahu, dia harus ditemukan karena saya tidak mau kehilangan dia! Dia ... Arggh! Sial! Dia wanita yang saya cintai,” teriaknya dengan kesal. Keduanya pun mengangguk. “Baik Tuan! Kami akan mencari nona Natalia lagi,” ucap keduanya yang bergegas pergi meninggalkan pria itu yang tak lain adalah Bryan. “Cepat pergi! Harus temukan dia apa pun yang terjadi,” perintahnya. Keduanya pun pergi meninggalkannya dan Bryan, dia mengacak-acak rambutnya karena kesal. “Sial! Kenapa jadi seperti ini? Dia bilang sangat mencintai aku, seharusnya dia mengerti posisi aku yang sulit ini, di-dia juga harusnya mendengarkan dulu penjelasan aku, bukan pergi begitu saja! Dia ... Argggh! Natalia, aku tidak mau kehilangan kamu, kamu itu hanya milikku! Hanya milikku!” teriaknya yang terus mengeluh tiada henti, Bryan tak menyadari kehadiran Dylandra di tempat itu dan dia terus melampiaskan rasa kesalnya. Sedangkan Dylandra, dia tersenyum tipis melihat sosok Bryan yang sudah menggila karena ingin menemukan Natalia “Cih! Ternyata wajahnya biasa saja, masih jauh lebih aku,” gumamnya dengan senyuman penuh penghinaan. Setelah itu, Dylandra melanjutkan langkahnya lagi. Sedangkan disisi lain. Nevan yang masih terhubung dengan sambungan telepon itu, langsung mengerenyitkan dahi. “Heh, Andra! Apa yang sedang tadi kamu katakan? Dia lebih jelek dari kamu? Siapa memangnya?” tanyanya dengan nada penasaran. Dylandra langsung tersentak. “Oh! Dia ... Ahemmm! Hanya pria bodoh yang sok paling memiliki segalanya sampai tega menduakan sebuah berlian demi batu kerikil,” ucap Dylandra. Nevan semakin penasaran. “Maksud kamu apa Andra? Heh, kamu belum menjawab pertanyaan aku tadi! Kamu pergi mencari wanita seksi lagi kan? Sudah dapat apa belum? Lalu kakek kamu ....” “Ssstt! Aku tidak mencari wanita, tadi benar hanya ingin jalan-jalan saja mencari angin dan juga, aku kan sudah berjanji pada Kakek dan Mama kalau aku akan berubah, tidak akan bermain-main lagi dengan para wanita itu, jadi ....” Dylandra malah tertawa cekikikan. Membuat Nevan makin penasaran. “Sialan! Andra jangan membuat aku semakin penasaran, cepat katakan! Apa yang sedang kamu sembunyikan?!” tanyanya dengan tegas. Dylandra menghentikan tawanya. “Rahasia! Pokoknya sekarang aku sedang menikmati sesuatu yang berbeda dari biasanya, rasanya cukup menyenangkan sekali! Apalagi dia ....” Dylandra tersenyum sendiri, ketika membayangkan wajah cantik Nataliaia yang baru keluar dari kamar mandi. “Dia sangat manis sekali, bukan hanya manis, tapi cantik dan juga sangat menggemaskan sekali, jika memilikinya pasti aku ....” Saat Dylandra sibuk tersenyum sendiri membayangkan kembali wajah Natalia yang sulit dia lupakan dari dalam pikirannya itu. Nevan, mengerti arah dari ucapan dari sahabatnya itu. “Ahemm! Sepertinya sang Playboy kita sudah bertemu pawangnya, sebentar lagi pasti ada yang terkena virus bucin seperti om Darren,” ucapnya dengan nada bercanda. Dylandra langsung menggelengkan kepalanya. “Ah, tidak! Tidak seperti itu! Kamu jangan bicara sembarangan, aku tidak .... Ah sudahlah! Aku masih ada urusan, nanti lanjut lagi ngobrolnya!” Dylandra langsung mengakhiri pembicaraannya, karena dia sudah berada di depan lobby hotel dan dia pun bertanya toko pakaian wanita pada salah satu security yang berjaga di sana. “Pak, toko pakaian wanita yang paling dekat dari sini di sebelah mana?” tanyanya. Sang security pun langsung menjawabnya. “Ada toko pakaian wanita di sebelah sana, silahkan mas nya jalan saja ke sebelah sana,” jawabnya sambil mengarahkan jari telunjuknya untuk memberi petunjuk langsung pada Dylandra. “Ah, iya! Terima kasih banyak pak atas bantuannya,” jawabnya yang setelah itu bergegas pergi menuju tempat yang ditunjukkan tadi. Nevan masih mendengar dan belum dimatikan oleh Dylandra. “Wah! Kamu habis ngapain Andra? Kenapa kamu sibuk cari pakaian wanita? Jangan bilang, kamu dan dia ....” Dylandra langsung kesal mendengarnya. “Heh, jangan salah paham dulu! Aku dan dia tidak melakukan hal semacam itu! Dia wanita baik-baik , tidak mungkin aku merusaknya,” ucapnya dengan tegas. Sekali lagi Nevan terkejut mendengarnya. “Hah! Andra sejak kapan kamu jadi sebaik ini? Bukannya setiap kamu melihat wanita seksi dan cantik, kamu pasti tidak bisa menahan diri untuk tidak menaklukannya diatas ranjang bagaimana bisa kamu ....” Mulut Nevan terbuka sangat lebar, dia masih tak percaya dengan perubahan sikap sahabat nya yang playboy itu. “Terserah kamu saja! Sudah ya, aku sibuk! Jangan lupa koperku ambil dan taruh saja di rumah kamu dulu, nanti kalau sempat aku ambil. Oh ya! Kalau keluargaku bertanya, katakan saja kalau aku menginap di rumah kamu, oke!” ucap Dylandra yang setelah itu menekan tombol merah, mengakhiri panggilan telepon itu. “Eh, tapi Andra! Aku tidak mau kalau Kakek dan Kakak kamu nanti ....” Tut’ tut’ tut Panggilan untuk sudah berakhir, Nevan melotot tajam dan segera melihat layar ponselnya. “b******k! Aku belum selesai bicara, dia malah sudah mengakhirinya? Andra sialan!” teriak Nevan, dia terus memaki sahabatnya itu. Namun, setelah itu. Dia tersenyum bahagia karena sahabatnya masih hidup dan masih bisa bersama dengannya seperti sedia kala. Sehingga, Nevan pun tak lagi memakinya dan secepatnya bergegas pergi menuju Bandara untuk mengambil koper milik Dylandra saat itu juga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN