Terlalu mengagumi ketampananmu!

1329 Kata
Malam hari pun tiba dan kegelapan menyelimuti kamar yang saat ini ada dua insan yang masih terbaring saling berpelukan. Perlahan jari-jari Natalia pun mulai bergerak bersamaan dengan matanya yang sedikit demi sedikit terbuka. “Hhoamm.” Natalia menguap dan tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu yang sangat keras dan hangat. Membuat Natalia tersentak sampai kedua matanya terbuka lebar. “Eh! I-ini ....” Natalia melihat dirinya sedang menyentuh d**a bidang seorang pria dan secepatnya dia menariknya. “Tadi itu ... Tadi itu kan dadanya mas Dylan kan?” ucapnya dengan tergagap dan Natalia pun langsung melihat ke arah wajah Dylandra yang saat ini masih tertidur sangat pulas. “Benar, ini mas Dylan! Berarti tadi siang, aku dan dia ... Ki-kita ....” Natalia segera membuka selimut dan dia terkejut saat melihat kondisi tubuhnya yang tak memakai sehelai kain pun yang melekat dalam tubuhnya. “Hah! A-aku ... Aku dan mas Dylan ....” Natalia langsung menutup mulutnya yang hampir berteriak itu. “Jadi tadi siang, aku benar-benar melakukannya bersama mas Dylan? A-ku ... Arggh! Kenapa aku bodoh sekali! Kenapa aku dengan mudahnya mau menyerahkan satu-satunya paling berharga yang aku miliki?!” Natalia merasa sangat menyesal tentang apa yang sudah terjadi pada dirinya. “Bodoh! Aku benar-benar sangat bodoh! Bisa-bisanya aku menyerahkan kesucianku pada pria yang baru saja aku kenal hanya beberapa jam saja, aku ... Arggh! Bodoh! Bodoh banget kamu Lia! Kamu benar-benar sangat bodoh!” Natalia terus memaki dirinya dia sangat menyesal sekali. Dia terus memaki dirinya dan saat melihat wajah Dylandra yang masih tertidur di sebelahnya, Natalia segera menutup mulutnya. “Duh, aku lupa kalau dia masih ada di sini! Kalau dia mendengar ucapan aku tadi, bisa gawat!” ucapnya dengan nada pelan, Natalia perlahan mendekati wajah Dylandra dan menatapnya cukup lama. “Tuhan kenapa bisa menciptakan pria setampan mas Dylan ya? Bahkan sedang tidur pun, dia masih terlihat sangat tampan seperti ini, biasanya kan kalau orang tidur pasti ada saja aibnya yang membuatnya jelek, contohnya seperti aku, aku ....” Natalia menarik napas panjang dan terkekeh sendiri. “Foto aku saat tidur ketika istirahat kerja, itu jelek banget! Hih, kalau diingat-ingat buat aku merinding.” Natalia bergidik sendiri sambil terus terkekeh, menertawakan dirinya sendiri. “Emmm ... Aku saja bisa sejelek itu tapi tidak berlaku untuk mas Dylan, dia sepertinya memang tidak punya aib, emmm ... Susah ya kalau sudah tampan mau diapakan pun pasti tetap terlihat tampan, apalagi ....” Natalia menatap d**a bidang Dylandra yang membuat dirinya menelan ludah dengan susah payah. “Sial, mas Dylan keren sekali! Tadi aku kan tidur memegang ini kan?” ucapnya dengan tatapan seperti wanita m***m. Natalia mengulurkan tangannya, dia hendak menyentuh d**a bidang itu lagi. Dia ketagihan menyentuhnya. Namun, dia secepatnya menghentikan gerakannya dan tangannya menggantung di udara. “Emmm ... Kalau aku pegang lagi, kira-kira mas Dylan bangun gak ya? Kalau dia bangun... Duh pasti malu sekali!” Natalia menjadi bimbang, karena disisi lain dia juga masih memiliki rasa malu. “Duh, bagaimana ini? Aku ingin menyentuhnya lagi, tapi ....” Natalia terus berpikir, disatu sisi keinginan kuatnya ingin menyentuhnya tapi di sisi lain, pikirannya memerintahkan agar tak menyentuhnya karena takut ketahuan. Sehingga, dia terus dilanda dilema yang membuat dirinya bingung sendiri. “Sentuh atau tidak? Sentuh ... Ah tidak ... Sentuh ....” Natalia terus berpikir dan tanpa sengaja tangannya menyentuh selimut hingga bergeser ke bawah, menampilkan otot perut Dylandra yang sangat bagus. “Hah! Keren sekali!” ucapnya dengan mata melotot dan mulutnya terbuka lebar. Natalia segera terduduk dan terus menatapnya untuk memastikan kalau itu nyata bukan mimpi, karena bisa melihat tampilan itu secara nyata bukan dari gambar ataupun dari film yang sering dia tonton. “Gila, mas Dylan punya otot perut sama kerennya dengan aktor yang di televisi, aku ....” Dengan tatapan penuh kekaguman serta jiwa wanita yang menyukai ketampanan serta kegagahan seorang pria, Natalia tanpa sadar mengulurkan tangannya untuk menyentuhnya. “Mas Dylan, kamu bukan cuman tampan saja tapi kamu juga gagah, keren dan ....” Natalia dengan senyuman penuh semangat, dia pun menyentuh otot perut Dylandra. “Ya ampun begini ya rasanya menyentuh otot pria keren, benar kata mbak Dita, kalau otot pria yang kekar senyaman ini kalau disentuh, uhhh ... Menyenangkan sekali!” ucapnya sambil senyum-senyum sendiri, Natalia sudah seperti wanita m***m yang terobsesi dengan otot pria kekar. Dia semakin tak terkendali, yang awalnya hanya menyentuh dia pun mulai mengelus-elusnya. Membuat Dylandra yang sejak tadi tertidur pulas pun langsung terbangun karena gerakan tangan Natalia membuat dirinya sedikit geli. “Emmm ... Sayang! Jangan nakal dong!” ucapnya dengan suara parau dan matanya perlahan terbuka saat itu juga. Deg! Seketika Natalia terkejut dan secepatnya menarik tangannya saat itu juga. “Ehhh ... Mas Dylan! A-aku ....” Natalia segera menarik tinggi selimutnya hingga dagu untuk menyembunyikan tubuhnya yang masih polos. “Duh! Bodoh sekali kamu Lia! Gara-gara kamu yang m***m, mas Dylan jadi bangun kan? Bodohnya lagi, kenapa aku tidak buru-buru pakai baju sih?” umpatnya pada diri sendiri, Natalia tak berani menatap ke arah Dylandra, dia memilih untuk memunggunginya. “Mas Dylan maaf kalau saya ganggu tidurnya, mas Dylan tidur lagi saja, saya mau pergi ke ....” Natalia hendak turun dari atas tempat tidur, namun dua tangan besar langsung memeluknya dari arah belakang. “Aku tidak merasa terganggu sama sekali!” ucapnya. Natalia langsung menatap kedua tangan yang melingkari perutnya. “Ma-mas Dylan, i-ini ....” Natalia tergagap karena bingung dengan keadaan saat ini. Dylandra tersenyum dan malah menaruh dagunya di pundak Natalia. “Natalia, sekarang kita bukan orang asing lagi, bisakah kamu hilangkan kata Saya itu? Itu tidak enak didengar di telinga aku, sayang!” ucapnya dengan nada manja. Deg! Natalia seperti tersambar petir secara mendadak mendengar ucapan Dylandra yang berubah drastis. Apalagi saat mendengar kata ‘sayang’ malah membuat dirinya langsung bergidik. “Eh! Mas Dylan, saya ....” “Tidak boleh saya! Harus aku!” Selanya memotong ucapan Natalia yang belum dia selesaikan. Glek! Natalia menelan ludahnya dengan susah payah, tubuhnya gemetar karena pelukan Dylandra sangatlah erat bahkan punggungnya yang masih polos harus menempel dengan d**a yang tadi dia sentuh, membuat seluruh tubuhnya langsung menegang seperti terkena sengatan listrik. “Emmm ... Mas Dylan, bukankah terlalu berlebihan? Kita baru saja kenal beberapa jam yang lalu dan mas Dylan tiba-tiba langsung mengubah nama panggilan serta cara bicara kita ini terasa ....” “Tidak ada yang berlebihan! Ini cukup normal kok, sayang!” Ucapnya sambil mengecup pipi Natalia. Membuat Natalia semakin melotot. “Mas Dylan, kenapa kamu mencium aku?” tanyanya dengan nada tegas. Natalia pun menatap ketus ke arah Dylandra. Dylandra tersenyum santai dan memajukan wajahnya ke dekat wajahnya Natalia. “Bukannya tadi siang ada yang mengatakan dengan berani kalau aku ini harus jadi milik kamu dan yang memulai semua ini ....” “Cukup! Mas Dylan jangan bicara lagi! A-aku ... Aku tahu kalau sudah melakukan hal yang sangay bodoh! Aku minta maaf,” ucap Natalia dia pun langsung memalingkan wajahnya. “Mas, tolong lepaskan aku! Aku mau pulang,” ucapnya sambil menarik paksa kedua tangan Dylandra agar terlepas. Dylandra semakin mengeratkan pelukannya. “Besok saja pulangnya, nanti aku antar,” ucapnya Natalia menggelengkan kepalanya. “Aku mau pulang sekarang! Kasihan mama, pasti mama belum ada yang menyuapinya,” ucap Natalia. Dylandra terdiam sejenak, dia memejamkan matanya sejenak menikmati aroma manis di tubuh Natalia. “Sayang, ini sudah sangat larut, aku tidak membawa mobil, bagaimana bisa aku mengantar kamu?” ucapnya yang kemudian membuka matanya kembali. “Aku bisa pulang sendiri! Aku sudah banyak merepotkan mas Dylan,” jawabnya yang bersikukuh ingin pulang sendiri. Mendengar itu, Dylandra langsung melotot tegas. “Sayang, kamu mau pulang pakai apa? Jam segini susah kendaraan dan aku tidak mengizinkan kamu pulang sendirian!” tegasnya. Natalia menoleh lagi, dia menatap tajam Dylandra. “Mas, aku mau pulang! Kamu tidak berhak melarang aku! Kamu bukan siapa-siapa aku, kita hanya dua orang asing yang baru saling mengenal dan ....” Belum sempat Natalia bicara. Bibirnya langsung dibungkam oleh Dylandra saat itu juga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN