Kenapa harus malu, aku sudah melihat semuanya!

1510 Kata
“Hummm ... Mas Dylan lepaskan aku!” Natalia meronta saat bibirnya dibungkam oleh bibir Dylandra, dia terus memukul d**a Dylandra, karena semakin lama dia semakin terasa sesak. Dylandra malah menangkap tangan Natalia, dia semakin menjadi-jadi, dia melumat serta menghisap kasar bibir Natalia membuat Natalia tak bisa bicara lagi. “Lepas ... Lepaskan aku!” Tenaga Natalia semakin melemah, karena selain dia belum makan apapun sejak tadi siang, tubuhnya juga kelelahan akibat percintaannya dengan Dylandra sebelumnya. Sehingga, perlahan Natalia pun mulai melemah dan dia tidak melakukan perlawanan lagi dari sebelumnya, dia hanya bisa bersikap pasrah atas apa yang sedang dilakukan Dylandra pada dirinya. “Aku tidak bisa melawan kamu!” gumamnya, sambil memejamkan matanya, Natalia sudah pasrah dengan itu semua. Melihat itu, Dylandra pun pada akhirnya melepaskan bibirnya dan dia menatap Natalia yang sudah terlihat memucat. “Sayang! Kamu baik-baik saja kan?” tanyanya dengan panik. Natalia yang matanya sudah sayu pun menghela napas panjang lalu menggeleng pelan. “A-aku ... Aku merasa tidak berdaya mas, aku ....” “Maaf! Maafkan aku sayang! Tadi itu aku tidak bermaksud untuk menyakiti kamu, aku hanya ....” Dylandra langsung memeluknya. “Kamu pasti baik-baik saja! Jangan khawatir, aku akan membawa kamu ke rumah sakit,” ucapnya. Natalia tersenyum getir mendengarnya. “Tidak usah mas! Aku baik-baik saja, aku hanya merasa lemas dan ... Perutku lapar sekali,” ucapnya bersamaan dengan suara perutnya yang tiba-tiba berbunyi. Mendengar itu, Dylandra menghela napas lega, dia benar-benar sangat mengkhawatirkan kondisi Natalia apalagi dirinya tanpa sengaja sudah bersikap kasar terhadapnya. “Aku minta maaf ya sayang, gara-gara aku, kamu jadi seperti ini,” ucapnya sambil melepaskan pelukannya, Dylandra menatap wajah Natalia yang masih terlihat pucat dengan napasnya yang tersengal-sengal, karena Natalia tadi hampir kehabisan napas akibat ciuman kasar dari Dylandra. “Mas, aku ingin pulang,” ucapnya yang membuat senyuman diwajah Dylandra langsung menghilang. “Sayang, nanti pulangnya! Sekarang pikirkanlah kondisi kamu dulu, lihat! Kamu sekarang sangat lemah sekali,” ucapnya dengan tatapan khawatir, Dylandra menunjukkan banyak perhatian terhadap Natalia yang kini, sudah dia klaim menjadi miliknya itu. “Iya mas, sebenarnya aku merasa sangat lemas sekali, perut aku juga lapar dan ....” Natalia merasakan seluruh tubuhnya sangat sakit terutama dibagian pangkal pahanya. “Duh, kenapa sakit sekali? Apakah seperti ini rasanya ketika melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya?” gumam Natalia sambil menatap ke arah pangkal pahanya. Sedangkan Dylandra, dia langsung mencubit dagu Natalia yang sedang menunduk diam, yang dia kira sedang menghindarinya. “Sayang, tadi siang aku sudah beli makanan untuk kamu, tapi kamu belum sempat makan malah ... Menggoda aku, jadi makanannya ....” Dylandra langsung melirik ke arah lantai, tempat kantong plastik yang dia taruh sembarangan bersama semua pakaian miliknya dan milik Natalia berserakan di dekatnya. “Makanannya sudah dingin, nanti aku pesan lagi saja ya!” ucapnya. Natalia menggelengkan kepalanya. “Tidak usah! Aku makan saja itu mas, tidak boleh membuang-buang makanan, mubazir,” ucapnya yang setelah itu, memalingkan wajahnya sampai cengkraman tangan Dylandra terlepas dari dagunya. “Mas, aku mau ke kamar mandi, kita tidak mungkin kan terus seperti ini,” Ucapnya yang bergegas menurunkan kakinya ke lantai, bersiap untuk bangun mengambil handuk serta pakaian dalam yang masih berserakan di lantai. Namun, saat baru menginjak lantai, Natalia merasakan sakit yang membuatnya langsung meringis. “Sstt! Aduh, sakit sekali!” ucapnya. Dylandra langsung merangkul bahunya. “Sakit ya?” tanyanya dengan tatapan khawatir. “Humm, iya!” jawabnya. “Kita ke rumah sakit saja ya! Aku tidak tenang kalau kamu ....” “Tidak apa-apa mas! Aku baik-baik saja, hanya sakit sedikit kok,” ucapnya yang masih memaksakan diri untuk menginjakkan kakinya kw lantai dan berusaha mengambil handuk serta pakaian dalam miliknya. “Biar aku saja yang mengambilnya, kamu duduk dulu saja di sini,” sela Dylandra yang dengan sigap langsung berdiri dan mengambil semuanya di lantai termasuk pakaiannya sendiri. Natalia mematung, dia menatap Dylandra. “Mas Dylan kamu baik sekali! Tapi sayangnya, sebentar lagi kita akan menjadi orang asing, karena aku tidak akan meminta pertanggung jawaban kamu,” gumam Natalia, yang diam-diam menitikkan air matanya namun secepatnya dia menghapusnya. Dylandra yang sudah selesai mengambil semuanya termasuk kantong plastik berisi makanan dan kantong belanjaan berisi pakaian yang tadi dia bawa dari luar pun ikut dia ambil, dia segera kembali duduk di sebelah Natalia. “Ini pakai dulu!” Ucapnya sambil menyerahkan handuk ditangannya. “Terima kasih mas Dylan,” ucapnya sambil mengambil handuk itu dari tangan Dylandra. Dylandra tersenyum lalu memberikan kantong berisi pakaian itu pada Natalia. “Ini pakaiannya, oh ya! Semoga cocok dan maaf, hanya ini yang aku bisa temui di sini, tapi lain kali aku pasti belikan kamu pakaian yang lebih bagus dan mahal dari ini,” ucapnya. Natalia menerima semuanya. “Sekali lagi terima kasih mas Dylan, maafkan aku karena sudah merepotkan kamu,” ucapnya sambil melihat pakaian itu. “Semuanya pas, pakaiannya juga bagus,” ucapnya lagi. “Syukurlah kalau cocok di kamu, emmm ... Kamu mau makan dulu atau ....” “Aku mau ke kamar mandi dulu, tidak enak kalau masih dalam keadaan seperti ini,” ucap Natalia, dia menarik lebih tinggi selimut itu. Dylandra terkekeh. “Ya sudah, bersihkan dulu tubuh kamu, setelah itu kita makan sama-sama.” Natalia mengangguk. “Iya mas, tapi ....” Natalia menundukkan kepalanya, dia kebingungan sendiri. “Tapi apa?” tanya Dylandra. “Mas, bisakah membelakangi aku dulu? Aku mau pakai handuk dulu, aku malu kalau mas Dylan melihat aku yang tidak memakai apapun ini,” ucapnya dengan wajah memerah karena malu bahkan masih menunduk karena tak berani menatap wajah Dylandra. Seketika Dylandra langsung tertawa mendengarnya. “Puft! Hahahaha ... Sayang, kamu kenapa harus malu padaku? Aku kan sudah melihat semuanya dan kamu ....” “Mas Dylan! Aku mohon, tolong berbaliklah!” Sela Natalia, dia semakin malu. Dylandra menghentikan tawanya dan mengangguk setuju. “Baiklah! Aku akan tidak akan melihat,” ucapnya yang masih menahan tawanya sambil membalikkan tubuhnya, dia memunggungi Natalia. “Benar-benar menggemaskan sekali! Aku semakin menyukai kamu sayang,” gumamnya. Setelah Dylandra membalikkan tubuhnya, Natalia segera memakai handuk yang tadi dia gunakan dan setelah itu, dia bangun dari posisi duduknya. “Mas aku ke kamar mandi dulu,” ucapnya yang setelah itu berjalan tergopoh-gopoh menahan sakit yang mendera seluruh tubuhnya dengan langkah yang tak biasa, Natalia berusaha setengah mati menggapai pintu kamar mandi. Dylandra langsung menoleh dan dia terkejut melihat Natalia sudah tak ada dibelakangnya “Eh, sayang! Kamu kan sedang sakit, kenapa tidak meminta tolong padaku?” teriak Dylandra, dia segera memakai pakaiannya dan setelah selesai segera mengejar Natalia, yang kini sudah masuk ke dalam kamar mandi. Brakkk! Pintu kamar mandi pun tertutup, Dylandra hendak mengetuk namun tangannya menggantung di udara. “Sa ... Ah sudahlah! ” Akhirnya Dylandra pun kembali duduk disisi tempat tidur dan mengambil ponselnya. Dylandra melihat banyak panggilan tidak terjawab dari sahabatnya itu. “Si Nevan mau apalagi sih dia?” gerutunya. Lalu mengetik pesan kepadanya. [Ada apa? Kalau tidak penting jangan menggangguku dulu] Ting! Pesan pun terkirim, Dylandra menaruh ponselnya. “Huft! Setelah ini, dia tidak mungkin pergi meninggalkanku kan?” ucapnya sambil menyisir rambutnya ke belakang. “Dia tidak mungkin pergi, wanita mana yang sudah diambil kesuciannya pergi ninggalin prianya, yang ada pasti dia akan minta tanggung jawab padaku, ya kan?” Dylandra tersenyum sendiri, karena dia merasa sangat yakin jika Natalia pasti menuntut tanggung jawab padanya. “Kalau dia minta tanggung jawab, tentu saja aku pasti bertanggung jawab bila perlu, besok aku akan menikahi dia! Hehehehe ... Walaupun dia belum jatuh cinta padaku setidaknya dia sudah jadi milikku! Jadi tidak ada kesempatan buat si b******k jelek itu untuk mengambil Natalia dari sisiku, ya kan?” Ucapnya dengan tawa penuh percaya diri, Dylandra mulai membayangkan betapa indahnya kehidupannya saat memiliki Natalia di sisinya. “Sayang, kamu sudah membuat seperti orang gila! Pokoknya kamu hanya boleh jadi milikku, hanya milikku seorang!” Dylandra terus tersenyum sendiri, dia benar-benar sudah benar-benar jatuh dalam pesona cinta seorang Natalia. Saat Dylandra sibuk dengan pikirannya. Suara pesan masuk di ponselnya langsung terdengar, membuat dirinya tersentak. “Sial!” umpatnya dan segera membaca pesan itu. [Andra tadi kamu ke mana saja? Kenapa tidak kamu jawab panggilan telepon aku, hah?] [Jangan bilang kalau kamu merusak gadis baik-baik itu? Kalau benar, kamu memang b******n!] Dylandra mengerenyitkan dahi saat menbaca pesan dari sahabatnya itu. “Bukan aku yang merusaknya, tapi dia sendiri yang menginginkan aku untuk jadi miliknya, jadi jangan salahkan aku!” Maki Dylandra yang bicara sendiri di depan layar ponselnya. Dia pun segera mengetik balasannya. [Bukan urusan kamu, sekarang katakan apa mau kamu?] Ting! Pesan pun terkirim. Dylandra menunggu balasannya lagi. [Mama kamu sudah sadar, beliau ingin bicara sama kamu dan juga mau minta maaf karena dia tak mengabulkan penolakan kamu, beliau sangay menyesal sekali. Lebih baik, kamu hubungi mama kamu kasihan pasti beliau sangat merindukan kamu Andra.] Dylandra menghela napas panjang saat menbaca pesan itu. “Mama, pasti mama sangat mengkhawatirkan aku? Maafkan aku ma, aku baru menyadari jika aku sudah menyusahkan mama, aku ....” Dylandra terkejut saat mendengar suara pintu terbuka, dia pun menoleh dan tatapannya langsung terkunci kearahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN