Reya menghela napas pendek, kakinya terus bergerak tak nyaman. Matanya melirik ke arah teman-temannya yang sudah menunggu, sementara dirinya tengah bersandar di pintu kelas dengan tangan memegangi ponsel di telinga. "Iya, papa. Aku pulang sama Gavin, terus nanti mampir butik ambil gaun." Raut wajahnya seketika kusut mendengar suara papanya yang terus berbicara di telepon, memperingatinya. "Udah ya, Reya mau pulang. Bye papa ... muachh." Reya memutus sambungan telepon secara sepihak. "Gimana?" Candra berjalan mendekatinya. "Sori, kayanya gue gak bisa ikut deh." Reya terlihat tidak enak pada teman-temannya yang sudah menunggu lama. "Lain kali, gimana?" "Yaelah, dari tadi kek," celetuk Michael yang sejak tadi siang jadi sensitif gara-gara dihukum membersihkan toilet. "Jangan begitu ogeb