7. Biarkan Aku Mati

1509 Kata

Ruangan itu lebih mengerikan dari yang dia bayangkan. Angin dingin 5°C langsung menyergap kulit Nadine begitu pintu terkunci. Lantai beton beku membuat kakinya kaku seketika, sementara rak-rak besi berisi botol wine mahal berjejer seperti nisan di kuburan. Pencahayaan? Hanya lampu merah darurat di langit-langit yang membuat bayangannya terpantul di dinding stainless steel—seperti hantu yang mengintai. Tiba-tiba, suara rekaman mulai berbunyi dari speaker tersembunyi: “Tolong ... jangan ...!” Nadine mengenal suara itu. Suara Arabella. Bibirnya bergetar. Persis seperti saat Nadine menganiaya gadis itu di toilet kampus. Tapi bagaimana bisa? Dia ingat jika saat itu tidak ada siapapun yang mendengarnya atau melihat, kecuali Sara. Suara itu semakin mengganggunya. Nadine menjerit,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN