"Kau ini kemana saja, dari kemaren kau tidak membalas pesanku dan bahkan tidak mengangkat telefon dariku." Omel Ara dari seberang sana.
"Maaf, Sayang. Kau tau sendiri jika Justin sedang menikah." Ucap Austin sebagai alasan,
"Jistin yang menikah, bukan kau! Tapi kesibukanmu seperti kau saja yang sedang menikah." Ucap Ara yang masih kesal.
"Aku juga ikut andil karena dia saudara kembarku,"
"Baiklah aku minta maaf, Ya." Ucap Austin mengalah, dia bahkan sambil memijat pangkal hidungnya karena merasa pusing, lagi-lagi di berbohong dan entah sampai kapan sandiwara ini akan berakhir.
Sementara di seberang sana, terdengar helaan nafas panjang dari Ara.
"Pekerjaanku mungkin dua hari lagi akan selesai, aku akan pergi ke sana dan mengucapkan selamat untuk Justin dan Grace, aku benar-benar tidak enak karena tidak datang kemaren." Ucap Ara namun sebenarnya membuat Austin cukup terkejut.
"Tidak perlu, Sayang." Ucap Austin dengan cepat yang membuat Ara mengerutkan dahinya.
"Maksutku, besok mereka melakukan perjalanan bulan madu, jadi jika kau datang ke sini, kemungkinan kau tidak akan bertemu dengan mereka." Ucap Austin yang membuat Ara mengerti.
"Hm, tidak masalah. Kalau begitu aku akan mengunjungimu saja, aku merindukanmu."
Perkataan Ara semakin membuat Austin pusing. Bagaimana tidak. Besok dia dan Grace akan terbang ke negara lain untuk bulan madu, meskipun itu bukan keinginannya, tapi dia saat ini belum bisa mengatakan yang sebenarnya tentang siapa dirinya.
"Besok kebetulan aku ada perjalanan bisnis selama satu minggu, Sayang. Setelah itu aku berjanji akan mengunjungimu. Jadi kau tidak perlu datang." Kata Austin.
"Selalu saja begiru, kapan kau bisa meluangkan waktumu untukku." Tentu saja Ara protes karena selama memjadi kekasih Austin, bisa dihitung berapa kali mereka bertemu mengingat Austin sangat sibuk,
"Minggu depan, aku janji minggu depan." Ucap Austin yang mau tidak mau Ara tentu saja menyetujuinya.
Austin benar-benar tidak bisa seperti ini, dia harus mengakhirinya.
Saat masuk lagi ke dalam kamar, ternyata sudah ada dokter yang memeriksa Grace, Austin sendiri menunggunya sampai dokter selesai.
"Keadaannya baik-baik saja, beruntung tadi kau memberikan penolongan pertama," ucap dokter.
Setelah berbincang dengan dokter dan dokter pamit untuk pulang, Austin masuk ke dalam kamar dan ternyata Grace tertidur dan Austin semakin lega atas itu.
Dia memutuskan untuk pergi menemui ayahnya yang memang menunggunya diruang tengah.
"Kau belum mengatakan yang sebenarnya?" Tanya James.
"Belum, entahlah. Aku merasa kasihan dengannya, tadi aku juga sempat sedikit membentaknya, aku yakin dia merasa sakit hati karena sepertinya Justin tidak pernah membentaknya sama sekali." Ucap Austin.
"Banyak yang akan terjadi jika kau mengatakan yang sebenarnya kepada Grace siapa dirimu, memang keluarga kita sudah tidak akan malu lagi karena pernikahan kau dengannya sudah berjalan dengan lancar, tapi mungkin keluarga kita akan menjadi sasaran kebencian dari keluarga Grace, apalagi Grace sangat mencintai Justin, kemungkinan dia benar-benar hancur dan akan menjadi janda."
"Jika boleh jujur, Daddy menginginkan kau bertahan dengan Grace dan benar-benar menjadikannya sebagai istrinya. Daddy sudah tidak pesuli dengan adikmu dan dia tidak akan diterima di keluarga ini lagi." Ucap James.
"Itu tidak mungkin terjadi, aku mencintai Ara, dan aku tidak bisa menyakitinya hanya karena menyelamatkan Justin dan Grace. Jikapun Grace tau semuanya, aku yakin dia pun ingin meminta perceraian dariku dan tidak akan meneruskan pernikahan ini karena aku bukan Justin."
*****
Sedangkan ditempat lain, Justin yang masih menghindar dari keluarganya berada di balkon kamarnya, hatinya selalu gelisah dan memikirkan Grace, entah apa yang akan terjadi saat Grace mengetahui jika dirinya saat ini kabur bersama wanita lain, terlebih wanita itu adalah mantan kekasinya dulu dan bahkan sekarang sedang hamil anaknya.
"Justin," panggil Keysa yang membuat Justin hanya menoleh.
"Ini—
Keysa memberikan hasil usg dimana dia memang baru saja datang dari periksa.
Justin menerimanya dan sedikit bingung.
"Ini anak kita, dia masih sangat kecil, usia kandungannya enam minggu." Ucap Keyaa menjelaskan, dia lalu memeluk tubuh Justin.
"Meskipun ada hati yang tersakiti, tapi yang kau lakukan sudah benar, bayi ini tidak bersalah, ini hasil kegiatan panas kita, jadi dia membutuhkan orang tuanya." Ucap Keysa namun Juatin hanya diam saja.
Dia masih memikirkan Grace, dia tidak pernah sama sekali menyakiti Grace, bahkan Justin sekalu memperlakukan Grace seperti ratu. Namun kesalahan besarnya memang tidak bisa mengendalikan mafsunya sehingga dia harus menyalurkan hasratnya kepada mantan kekasihmya di saat Grace belum siap untuk dia masuki.
"Kapan kau menemui orang tuaku?" Tanha Keysa.
"Aku belum tau, suasana sudah pasti masih sangat genting, keluargaku jelas menanggung malu karena ulahku." Ucap Juatin.
Dia sadar dan sangat menyesal, namun dia tidak bisa melakukan apapun karena semua sudah terjadi.
"Semua akan baik-baik saja, kau harus bisa meupakan Grace dari sekarang, Justin. Aku berjanji aku akan selalu ada di sampingmu dan akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu nantinya." Ucap Keysa namun Justin masih terdiam.
Bukan kehidupan ini yang dia inginkan.
Dia memiliki keinginan dan masa depan bersama Grace, namun tidak menyangka jika ternyata tuhan malah mengujinya dan membuat dia akhirnya terikat dengan Keysa. Mantan kekasihnya.
Keysa bahkan ingin memancing Justin dengan merana tubuhnya, tangannya yang nakal menuju pangkal paha Justin namun Justin menolaknya.
"Jangan sekarang." Kata Justin lalu melepaskan pelukannya dan mengambil rokokmya, meskipun nafsunya tinggi, namun dalam keadaan kacau seperti ini, dia tidak bisa melakukannya begitu saja.
Keysa sendiri tidak memaksa dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya, dia tidak peduli apapun yang terpenting Juatin mau bertanggung jawab atas dirinya dan terhindar dari amukan keluarganya.
"Maaf, Grace." Gumam Justin menghela nafas panjangnya. Dia melihat hasil usg Keysa, dimana ternyata benihnya benar-benar tumbuh di sana.