Bab 1 | Pengkhianatan
“Arseno, milikku masih sakit dan perih, kamu sangat liar semalam, rasanya aku hampir gila menerima semua kenikmatan itu. Aku masih kesakitan, tapi tidak sabar untuk mengulangnya lagi. Kamu sungguh liar, panas, dan penuh gairah. Aku menyukainya.” Nadanya terdengar manja dan sungguh menggoda, kakinya pun terbuka lebar dan memeluk kaki pria yang kini berdiri persis di antara kedua kakinya.
Sang pria lantas tertawa puas. “Maaf, Babe. Aku suka melihat kamu merintih di bawah permainan kasarku, nanti jika aku terlalu kasar tolong hentikan aku, ya?” Sang pria merunduk lalu melumat bibir wanita itu.
“Mana mungkin aku menghentikanmu, yang ada aku akan terus meminta lebih dan makin menggila.” Wanita itu mengedip genit, mendorong pelan d**a pria itu dan menatapnya seduktif, sebelum kembali menarik kerah kemeja sang pria dan memimpin cumbuan panas mereka.
Atas kelakuan menjijikan mereka, seseorang yang baru saja keluar dari bilik toilet di sisi yang lain harus menghentikan langkahnya.
Toilet di perusahaan itu memiliki rancangan menyerupai bentuk huruf U, dengan dua deret bilik yang menghadap arah berlawanan.
Setiap deret dipisahkan oleh dinding pemisah besar di bagian tengah, sehingga posisi antar bilik tidak saling berhadapan, melainkan membelakangi satu sama lain. Yang membuat toilet itu memiliki kesan lebih privat dan meredam suara antar sisi.
Ayuna bersandar di dinding sambil membekap mulutnya kuat, satu tangannya mencengkeram kuat dadanya.
Langkahnya yang tanpa suara sebab dia memakai flat shoes hari ini seolah menjadi pertanda dari Tuhan agar dia melihat kebejatann dari dua orang laknat yang memiliki peran dalam hidupnya.
Itu calon suaminya, dan kembarannya, Nisara duduk di wastafel, sedangkan Arseno berdiri di antara kaki Nisara, dan kaki Nisara melingkari paha pria itu sambil menggesek kakinya hingga ke bokoong pria itu dan terlihat sengaja menggoda.
Mulai terdengar decapan panas dari cumbuan mereka yang sudah tidak memikirkan apa pun lagi, tangan Arseno bahkan sudah memijat payudaraa Nisara dari balik blouse-nya.
Ayuna mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya menancap di telapak tangan. Padahal dia datang ke perusahaan calon suaminya sebab ingin membahas tentang beberapa konsep pernikahan mereka yang masih belum menemukan titik temu karena ada beda pendapat.
Dia menahan gejolak emosinya, menunduk sambil melangkah menjauh untuk kembali bersembunyi di bilik toilet dengan langkahnya yang tanpa suara.
‘Arseno, kenapa kamu begitu tega melakukan ini padaku? Padahal kamu tau sehebat apa lukaku karena mereka. Kenapa kamu justru menjadi bagian dari mereka?’
Ayuna mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata dengan kasar, duduk di kloset dengan tarikan napas yang berat.
Setelah bersama selama empat tahun, Ayuna selalu bergantung pada pria itu sebagai tempatnya pulang, dua bulan lagi mereka akan melangsungkan pernikahan.
Ayuna merasakan kegetiran dalam embusan napasnya, Arseno dan Nisara bahkan sudah berhubungan badan.
Di saat Ayuna menjaga mati-matian kehormatannya, pria itu justru mengobralnya.
Satu tahun terakhir ini, Ayuna memang menyadari jika Arseno mulai berubah, namun Ayuna masih belum mau menyerah, dia tetap keras kepala bahkan saat sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri tentang kedekatan mereka yang makin janggal.
Liburan berdua mereka dengan embel-embel perjalanan bisnis.
Foto couple tersirat di instagraam.
Story di instagraam yang sering sekali memiliki makna terselebung seolah mereka adalah pasangan.
Hingga sebuah hadiah liontin yang dulu dipesan khusus oleh Arseno sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke dua puluh lima, kini Nisara pun memilikinya.
Namun semua itu tidak mampu membuatnya kembali waras, lebih yakin jika Arseno hanya sedang bosan dengannya dan melihat sisi lain Ayuna pada Nisara.
Kemarin, dia masih terus berusaha menahan diri sebab cintanya pada Arseno, namun kini dia mulai mempertanyakan, seberapa lama lagi dia bisa bertahan?
Sedangkan semuanya semakin jelas jika hanya dia yang masih berangan-angan tentang masa depan indah yang pernah mereka cita-citakan bersama.
Jika sahabatnya -Karina- melihat tindakannya, sudah pasti Ayuna akan dicaci-maki.
Bukannya mendamprat mereka dan membenturkan kepala mereka ke dinding, Ayuna justru memilih sembunyi dan meratapi nasibnya sendirian. Benar-benar menyedihkan.
Namun, Ayuna tidak memiliki tenaga untuk mengonfrontasi mereka, hatinya terlampau sakit, hancur untuk yang kesekian kalinya oleh orang-orang itu.
Nisara. Yang hampir seumur hidup merebut miliknya dengan dukungan orang tua mereka, dan Arseno, yang dia pikir akan selalu menjadi sumber kebahagiaannya, justru menusuknya tepat di dadaa.
Ayuna merasa sekarat duluan sebelum berhasil menyerang.
Setelah beberapa saat berhasil menenangkan diri dan mengumpulkan tekad untuk menghadapi mereka, Ayuna melangkah keluar.
Siallnya begitu dia membuka bilik toilet, desahan mereka justru semakin tak tertolong.
Dua manusia laknat yang sedang bercinta di toilet perusahaan itu semakin menggila.
Dia memilih mengambil bukti, yang mungkin bisa menjadi senjatanya di kemudian hari, sebab Ayuna tau pernikahannya benar-benar kandas bahkan sebelum dimulai.
Dia kalah lagi dan Nisara berhasil merampas kebahagiaannya untuk yang kesekian kali.
“Kamu memang yang terbaik, Babe. Tidak seperti saudaramu itu, yang tidak pernah bisa memberiku kenikmatan. Arrgghhh!”
Teriakan kepuasan itu menggema di toilet yang terasa lengang.
Hati Ayuna kembali mendenyut sakit saat mendengar ucapan Arseno setelah keduanya sama-sama mendesah panjang.
Ayuna membuka room chat grupnya bersama Karina.
-Rin. Langsung simpen apa yang mau gue kirim, ya.-
-Apaan, dah. Bikin deg-degan lo.-
-Abis lo simpen ke galeri. Lo hapus chat gue di grup kita sebagai admin.-
-Iya, oke. Apaan cepet.-
Video pertama telah Ayuna kirimkan.
-Anjinggg!-
Balasan Karina membuat Ayuna ikut menahan napas.
-Saved and deleted. Anything else?-
-Yes, soon. Stand by.-
Ayuna lalu menyimpan ponselnya sambil mengaktifkan perekam suara, mengambil ponselnya yang satu lagi dan membuka grup chatnya bersama Karina, lalu mengambil video langsung dari aplikasi pesan itu.
Sekali lagi Ayuna menarik napasnya yang terasa menyesakkan lalu menghapus air matanya dan beranjak dengan langkah tegak menghampiri mereka yang penampilannya begitu menjijikan.
Kakinya menendang salah satu pintu di bilik toilet dengan tatapan yang nyalang.
“p*****r!! Udah penyakitan, masih aja jadi lacur lo!”
“Ayu .. Na …” Nisara gelagapan, pun Arseno yang langsung cepat-cepat mengambil kemejanya.
Ayuna langsung mengeklik tombol kirim begitu berhasil mendapat video telanjang mereka.
Secepat kilat dia merobek kemeja Arseno dan menginjak-injaknya.
“Apa-apaan kamu, Ayuna!” Pria itu berteriak, hati Ayuna langsung menjerit lara, pria itu bahkan tidak merasa menyesal telah menghancurkannya sehebat ini.
Ayuna tidak berhenti di sana, dia mengambil bra juga blouse Nisara yang memang berada lebih dekat dengannya, merobeknya sekali lagi dan menyalakan kran wastafel lalu merendamnya di sana.
Dia kembali menyalakan kamera ponsel, melihat wajah pucat pasi Nisara dan wajah berang Arseno membuatnya semakin hancur.
“Bajingann kalian berdua! Tega kamu, Sen! Kita akan menikah dua bulan lagi, Sen! Bisa-bisanya kamu berselingkuh dengan kembaranku! Kamu tau dia adalah sumber luka terbesar dalam hidupku! Bisa-bisanya kamu!”
Ayuna berteriak kalap, dan kembali mengirim video itu pada Karina.
Plakk!
Tangan Arseno terayun begitu keras, dan detik itu suara tamparan menggema di toilet yang sepi tersebut.
Pipi Ayuna langsung tertoleh ke samping, rasa perih langsung menjalar di pipi kanannya, dan saat dia menatap Arseno dengan tatapan pilu, pria itu justru membalasnya dengan tatapan nyalang yang menjelaskan jika pria itu tidak memiliki penyesalan sama sekali.
Arseno lalu merebut ponselnya, membanting kuat sebelum menginjak-injaknya, lalu melemparnya ke kloset toilet dan menekan tombol flush.
“Nisara tidak bersalah! Kamulah penjahatnya!” Arseno ikut berteriak tepat di depan wajahnya.
Ayuna menatapnya tidak percaya, air matanya berlinang begitu saja, dan saat dia melirik pada Nisara, wanita itu terlihat tersenyum kecil mengenakan jas Arseno untuk menutupi tubuh setengah telanjangnya.
“Arsen … asmaku … kambuh … tolong ….” Nisara lalu memegangi dadanya dan merintih kesakitan seperti orang yang sesak napas.
Arseno langsung mendekatinya dan memapahnya. Dia menelpon asistennya, mengabaikan Ayuna yang masih berdiri di sana menatap keduanya dengan pandangan jijik, marah, namun juga terluka.
Hancur sudah semua angannya untuk bisa memiliki keluarga bahagia dan hidup dengan pria yang selama menjadi rumah tempatnya pulang.
Rumah itu hancur tanpa sisa, hanya ada puing-puing kesakitan yang seolah menertawakan kegagalannya meraih bahagia sekali lagi.
Ayuna mengambil ponselnya dan membungkusnya dengan tisu, dia menarik napasnya panjang, namun sebelum itu dia berhenti di depan mereka, di mana Arseno terlihat memangku Nisara sambil bertelanjang d**a dan Nisara dengan pakaian tidak layaknya.
Ayuna menendang kuat bokoong Arseno hingga pria itu tersungkur ke depan dan menubruk wajah Nisara.
Detik itu Nisara langsung memekik kesakitan.
Tidak berhenti sampai di sana, Ayuna kembali memberikan tendangan di punggung pria itu, sebelum berakhir dengan menjambak kuat rambut Nisara.
“Kalian benar-benar menjijikan. Aku saja yang melihatnya malu.”
“Kamu lebih menjijikan, Ayuna! Bajingann kamu!” Arseno sudah akan beranjak menyusulnya, namun Ayuna langsung membuka pintu toilet sambil mengacungkan jari tengah pada Arseno.
Dan pertanyaan Ayuna terjawab sudah saat dia melihat di depan pintu terdapat tulisan jika toilet dalam perbaikan, pun ada dua orang yang berjaga di depannya.
Sudah pasti itu orang Arseno.
"Dasar binatang! Tidak bisa menahan napsuu hingga melakukannya di toilet!"
Ayuna lalu mengambil ponsel miliknya yang lain, selama ini dia memang memiliki dua ponsel, yang satu untuk pekerjaan dan yang satu untuk pribadi.
Dia lalu menghubungi pihak WO, kini hatinya sudah mantap untuk memutuskan pernikahannya dengan Arseno, meski dia harus berdarah-darah.
-Saya ingin membatalkan pernikahan untuk Ayuna dan Arseno, yang jadwalnya dua bulan lagi.-
-Oh, iya, Ibu Ayuna. Kemarin pihak dari Pak Arseno sudah mengabarkan juga pada kami. Tapi informasi yang kami terima bukan membatalkan wedding, hanya mengganti mempelai wanitanya.-
Jawaban di seberang sana seolah menjadi bom kehancuran untuk Ayuna yang kesekian.
-Atas nama siapa?-
-Nisara Devani Sanjaya.-