Bab 17

1426 Kata
Sosok yang selama ini aku kenal tangguh dan kuat kini meringkuk tidak berdaya di sudut ruangan, matanya kosong dan seakan tanpa nyawa. Aku mendekatinya lalu memegang tangannya yang terasa hangat, tidak ada reaksi apapun ditunjukkannya. Dia masih diam membisu tanpa mau melihat wajahku. "Radja, kamu baik-baik saja?" tanyaku dengan suara serak. Aku mencoba untuk tetap tabah dan tidak menitikkan airmata agar Radja tidak semakin merasa bersalah. Tanganku dihalaunya dan tidak lama dia berdiri untuk menjauhiku tapi aku menahan kepergiannya dengan memegang tangannya. "Radja, aku ada di sinikamu tidak sendirian. Jangan pergi dariku," ujarku agar dia tidak lari dan menyalahkan dirinya atas kematian Alex. Ya, akhirnya mimpi buruk itu terjadi. Mobil yang seharusnya ditumpangi Radja mengalami kecelakaan dan sialnya hari itu Alex menawarkan diri menggantikan posisi Radja yang sedang tidak enak badan untuk bertemu dengan klien mereka. Alex mengalami kecelakaan fatal dan nyawanya tidak dapat ditolong, kematian Alex membuat keluarga Dharmawangsa dan Sinathriya mengalami duka sangat mendalam terutama Sandra yang terpaksa melahirkan anaknya lebih awal. Pihak polisi menemukan ada kejanggalan dari kecelakaan itu, rem seperti sengaja dirusak oleh orang tidak dikenal dan aku yakin pelakunya adalah peneror yang sama bahkan kini peneror itu mulai berani melakukan teror sampai membuat Alex harus meregang nyawanya. "Radja, aku ingin memberitahu kamu kalau aku sudah i ..." saat aku hendak memberitahunya kalau aku sudah ingat tentang masa lalu kami tiba-tiba Radja menyuruhku berhenti bicara. "Lebih baik kamu jauhi aku, aku ini pembawa sial. Banyak orang yang dekat denganku terluka bahkan harus kehilangan nyawanya," ujarnya dingin. Dadaku langsung berdesir mendengar ucapannya tadi. "Maksud kamu apa?" tanyaku bingung. "Sebaiknya kamu jangan pernah muncul di hadapanku lagi kalau kamu mau hidup dengan tenang, aku akan selalu membuat orang yang aku sayangi menderita," ujarnya pelan tapi langsung menusuk jantungku. "Kamu ... mau kita berpisah?" tanyaku dengan suara bergetar. Dia diam dan tidak menjawab pertanyaanku. "Jawab! Kamu mau kita berpisah?" tanyaku sekali lagi dan kali ini nadanya lebih keras. "Ya, sebaiknya kita akhiri sampai di sini," balasnya dengan wajah dingin dan tanpa ekspresi. Tahukah kamu kalau ucapan kamu barusan membuatku hancur? Semudah itu kamu melepaskan aku setelah bertahun-tahun kita berjuang untuk bisa bersama, aku menggigit bibirku dan isak tangis yang sejak tadi aku tahan akhirnya lepas, aku menangis tersedu-sedu membayangkan ke depannya aku tidak akan pernah bisa mendekatinya lagi. "Radja ... aku nggak peduli tentang semua itu. Aku hanya mau berada di sisi kamu," ujarku masih dengan suara berat. "Buat apa? Buat menyerahkan nyawa kamu ke b******n itu? Dia tidak akan berhenti sampai aku mati, dia tidak akan berhenti mengganggu orang-orang di sekitarku bahkan aku nggak bisa bayangkan kalau nantinya kamu akan mengalami hal seperti Alex," balasnya dengan suara tercekat menahan rasa sedih dan juga rasa bersalah. "Aku nggak peduli! Bukankah dulu kamu berjanji akan menjagaku seumur hidup kamu, kamu berjanji tidak akan pernah meninggalkan aku tapi kenapa sekarang kamu ingkari, Radja? Kamu pikir aku mau berpisah? Tidak, aku nggak mau! Aku nggak mau berpisah di saat akhirnya aku mengingat semuanya!" aku terduduk di lantai, aku merapatkan wajahku di antara kedua kaki lalu menangis lebih keras. "Cattaleya," panggil Radja. "Aku ingat semuanya, Radja." aku mengangkat kepalaku dan menatapnya sendu. Radja lalu mendekatiku dan memelukku, aku merasakan bahunya berguncang. Radja yang selama ini aku kenal tangguh akhirnya luruh dan menangis di depanku, aku membalas pelukannya dan kami berdua menangis tersedu-sedu. Tega sekali nasib mempermainkan kami, kenapa di saat aku sudah ingat semua masa lalu tiba-tiba kejadian tragis ini terjadi. "Delapan tahun aku menunggu kamu ingat dan saat ingatan kamu kembali, kita harus mengalami ini sekali lagi, maafin aku Cattaleya ... semua ini tidak akan terjadi andai kamu bukan tunanganku," ujarnya dengan penuh penyesalan. "Nggak, kamu nggak salah sayang ... ini semua terjadi supaya kita semakin kuat. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku lagi, aku bisa sangat marah dan tidak akan pernah memaafkan kamu, kita harus bersatu melawan peneror itu," ujarku memberi ultimatum. Radja semakin memelukku dengan posesif, pelukan sama saat dulu aku masih mengingatnya. Ya Tuhan, siapa pelakunya! Siapa b******n yang membuat Alex meninggal dan menciptakan neraka baru buat Radja. **** Pihak keluarga akhirnya menyerahkan pengusutan kasus kematian Alex ke pihak polisi, Radja pun semakin posesif menjagaku dan sesekali paranoid saat orang tidak dikenal emndekatinya. Setiap detik aku harus terus berada di sampingnya, aku pun membujuknya untuk jangan terlalu menyalahkan diri atas kematian Alex. Bagaimana pun itu bukan kesalahannya, b******n itu yang seharusnya disalahkan. "Kamu mau kita di sini atau pulang ke Jakarta?" tanyaku saat dua keluarga memutuskan membawa jenazah Alex kembali ke Jakarta untuk dimakamkan. Aku yakin Radja belum siap menghadapi Sandra, adiknya. "Bagaimana kondisi Sandra dan bayinya?" tanyanya dengan nada kuatir. "Sandra terpaksa melahirkan anaknya lebih awal, shock dan histeris membuatnya harus melahirkan bayinya. Ganindra ditugaskan ibu untuk menjaganya selagi kita di sini," ujarku menjelaskan kenapa Ganindra tidak menjagaku. "Sandra butuh pengawal saat ini, nggak ada yang bisa menjamin b******n itu tidak mencari Sandra dan anaknya. Ya Tuhan, siapa b******n itu!" Radja mengeram keras dan terlihat amarah besar di matanya. "Radja ... jangan-jangan peneror itu orang yang sama dengan orang yang menculik kita delapan tahun yang lalu?" tanyaku agar Radja bisa mencari siapa peneror itu. "Tidak mungkin, b******n itu sudah meninggal di dalam penjara tiga tahun yang lalu," balas Radja. Aku mengerutkan keningku, kalau pelaku yang menculik kami sudah meninggal jadi siapa peneror itu dan apa motifnya? Ya Tuhan, tolong beri petunjukmu. "Sepintar-pintarnya dia menyembunyikan identitasnya, suatu waktu pasti akan terbongkar. Selama ini aku tidak menaruh curiga tapi setelah kejadian kecelakaan Alex, aku semakin yakin kalau peneror itu dekat dengan kita. Dia tahu kalau aku sedang di Bali dan akan menggunakan mobil itu untuk bertemu klien, siapa lagi yang tahu kalau bukan orang terdekat kita, ya kan?" ujarnya. Aku mengangguk setuju, hanya orang terdekat yang tahu gerak gerik Radja sampai berani melakukan perusakan rem mobil. "Menurut kamu siapa pelakunya?" tanyaku penasaran, "Sejak awal aku sudah menaruh curiga tapi aku tidak bisa menuduh tanpa bukti," ujarnya. "Kamu yakin dia pelakunya?" tanyaku lagi. "Sampai detik ini iya, karena hanya dia yang tahu kalau aku akan menyewa mobil itu," balas Radja dengan yakin. Aku memegang tangan Radja, entah kenapa aku yakin peneror itu akan semakin berusaha membunuh Radja. **** "Alex! Jangan tinggalkan aku! Jangan pergi Alex!" suara histeris Sandra terdengar menyayat hati, Radja masih memegang tanganku dengan sangar erat. Aku memberinya kekuatan untuk tetap tabah menghadapi Sandra yang masih histeris walau Alex sudah meninggal seminggu yang lalu. "Sandra masih histeris, mami nggak tahu bagaimana membujuknya untuk menerima kematian Alex. Sandra juga menolak menyusui anaknya dan mami terpaksa memberi bayi itu s**u formula," ujar mami Radja saat menyambut kedatangan kami. Aku melepaskan pegangan Radja dan mencoba membujuk Sandra, Radja melihatku seolah tidak ingin aku tinggalkan. "Aku coba bujuk Sandra dulu," ujarku pelan. Radja akhirnya membiarkan aku menuju kamar Sandra, aku melihat Ganindra masih setia berdiri di depan kamar Sandra. "Bisa masuk?" tanyaku. Ganindra mengangguk lalu membukakan pintu kamar Sandra. Kamar yang biasanya rapi kini terlihat seperti kapal pecah. Aku melihat Sandra sedang memakai baju Alex, tangannya masih memegang foto pernikahan mereka. "Sandra," panggilku. "KELUAR!" teriaknya. "Sandra, aku hanya ingin ..." aku berhenti saat Sandra menatapku dengan tatapan marah. "KELUAR! SURUH DIA KEMBALIKAN ALEX! KENAPA BUKAN DIA SAJA YANG MATI! KENAPA HARUS ALEX!" teriaknya dengan sangat keras. Aku kehilangan kata-kata mendengar teriakan histeris Sandra, sepertinya ini bukan waktu yang tepat bicara dengan Sandra. Aku pun memutuskan keluar dari kamar Sandra. "Tolong jaga dia ... dia butuh pengawal," ujarku ke Ganindra. "Di mana bayinya?" tanyaku. Ganindra menunjuk ke arah kamar tamu. "Boleh lihat?" tanyaku. Saat aku hendak menuju kamar tamu tiba-tiba aku mendengar pertengkaran Radja dan maminya. Aku membatalkan niatku melihat bayi Sandra dan memilih kembali turun ke ruang keluarga. Sayup-sayup aku mendengar Radja menolak keinginan dua keluarga menjadikan Ganindra sebagai pengganti Alex. "Buat apa? Mami pikir Sandra akan melupakan Alex? Ganindra itu laki-laki mi, aku yakin dia akan menolak ide gila kalian!" ujar Radja dengan emosi. Aku berdiri di belakang Radja, Radja terlihat sangat putus asa. "Kamu lihat bayinya? Kamu nggak kasihan dengan keponakan kamu, sejak lahir Sandra sama sekali tidak pernah menggendongnya, mau jadi apa anak itu? Ganindra akan emnggantikan Alex, bayi tidak berdosa itu butuh ayah yang menyayanginya." "Tapi ..." "Ganindra sudah setuju ... dia mau menjadikan Sandra istrinya setelah masa nifasnya selesai, mami dan kedua orangtua Alex juga sudah setuju, ini demi cucu kami ..." ujar mami Radja dengan mimik wajah tidak mau dibantah. "Berapa mami membayarnya?" "Bukan urusan kamu," elak mami Radja. Aku mengangkat kepalaku dan melihat Ganindra masih berdiri di tempatnya tadi, tanpa ekspresi meski Radja sudah menyindirnya. "Terserah, aku masih sulit menerima ada laki-laki mau disuruh menjadi seorang pengganti. Kecuali ada uang dibalik keputusannya menerima tawaran gila itu," Radja masih menyindir Ganindra. "Radja ... sudah ... mungkin ini jalan terbaik untuk Sandra dan bayinya," balasku pelan. Radja menatapku dengan marah, "Coba kamu di posisi Sandra, kamu mau menikah dengan laki-laki lain sedangkan aku baru saja meninggal," ujarnya dengan nada keras. Tidak, aku pun akan menolak ide gila itu. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN