♫ ♫ ♫ Altha terkejut setengah mati melihat wajah kusut nan pucat Arata. Bahkan si mata empat itu masih mengatur pernapasan saat ini. Pakaiannya belum berganti dari tadi malam. "Ka-kamu kenapa?" Altha membuka lebar pintu rumah. "Masuklah dulu." “Aku belum bayar ongkos ojeknya,” kata Arata dengan napas terengah-engah. Altha tertawa pelan, lalu mendatangi tukang ojek di depan teras rumah yang menunggu ongkosnya. Setelah memberikan bayaran, dia menyusul Arata ke dalam rumah. Arata duduk gelisah di sofa, seberang Altha. Dia menatap Altha yang berpakaian rapi dengan kemeja liris abu-abu terbalut jaket cokelat, dan jeans biru Dongker, lalu tatapannya jatuh ke tas yang dijinjing itu. Seketika dia sedih membayangkan lelaki di depannya mempersiapkan semua sendirian tanpa keluarga yang menda