Setelah ucapan itu, Zia seakan tersadar. Dia akhirnya bergerak ke kamarnya di seberang ruang tengah, tidak jadi keluar rumah. “Terima kasih, Arata,” kata Zia sebelum menghilang di balik kamar. ♫ ♫ ♫ Keesokannya, bibi Altha seolah enggan melepas kepergian Arata. Setelah memaksanya memainkan banyak lagu dengan piano, dan mengobrolkan banyak hal tentang keluarganya, beliau masih belum juga merasa puas. "Aku akan datang lain kali. Bersama keluarga juga, Bi," kata Arata sembari tersenyum lebar. “Sudahlah, Ma. Jangan ganggu terus adik iparku, nanti dia takut main ke sini,” ujar Zia, menarik kursi roda ibunya dari ruang makan. “Sampaikan salamku untuk Mahiro, ya, Ar. Aku belum bisa ke Binjai untuk sementara waktu karena harus merawat mamaku.” Arata tersenyum. “Iya, Kak.” “In