Sambaran petir melanda batin Xavion saat mendengar apa yang dikatakan ibunya. Detak jantung hilang dari rongga d**a. Napas berentu mengembus di pucuk hidung. Ia hanya membeku sekian detik, menatap tak percaya, menolak apa yang dihantamkan ke depan wajahnya sedemikian kencang. Namun, Gladys mengulang kembali kalimatnya. “Kamu sama sekali tidak tahu kalau dia anak Violet Cheng, bukan?” Berkata dengan tawa remuk redam dan air mata yang menetes di pipi. “Kamu ingat ruangan ini, Nak? Dulu, taman ini adalah ruang kerja ayahmu. Kamu yang menemukannya dalam keadaan bersimbah darah dengan 27 tusukan. Kamu yang kemudian selama bertahun-tahun sesudahnya tak pernah bisa tidur, selalu bermimpi buruk.” Gladys kian terisak perih, “Kamu yang selalu menjerit setiap malam ketika hujan datang, ketika gun