Todongan Xavion bagai mimpi buruk yang belum berakhir bagi Hanae. Kenapa bisa tiba-tiba ia ditodong seperti ini? “A-aku ... please, turunkan senjata itu!” gelengnya terisak perih, ketakutan. Tangan yang dibalut perban sampai gemetar karena ia sangat ketakutan. Namun, Xavion menggeleng dan kembali berteriak. “Jawab aku! Apa kamu sengaja mendekatiku untuk membalas dendam! Kamu ternyata anak Violet Cheng! Kamu anak dari wanita yang membunuh ayahku!” Dada lelaki itu tersengal hebat, air mata membanjiri pipi, sama seperti ketika dia kehilangan sang ayah 22 tahun lalu. Wajah hanya melukis duka tak terbantahkan. Hanae menangis, menggeleng bingung, lalu berucap gemetar. “Aku tidak pernah tahu siapa ibuku! Aku tidak punya kenangan apa pun selain besar di panti asuhan!” Ia mengambil koran usang