“Lan, kamu yang tenang dulu.” Mami mengusap punggungku berkali-kali mencoba menenangkan. Sedari tadi aku gusar, karena sampai detik ini Dean belum juga ada kabar. Ini sudah jam sembilan malam, dan nomor Dean masih belum aktif. Aku tadi langsung pulang ke rumah Papi dan Mami untuk memberi tahu. Awalnya aku ingin menyembunyikan ini, barangkali mereka jadi khawatir, tetapi rasanya tidak bisa. Aku perlu memberi tahu mereka kalau Dean mungkin dalam bahaya. Selain Papi dan Mami, aku juga menghubungi Juna. Dia punya perusahaan IT, jadi aku pikir bawahannya atau siapa pun itu bisa melacak nomor Dean, meski itu agak mustahil mengingat ponsel Dean masih mati sampai sekarang. Aku benar-benar kalut. Aku takut kalau Dean kenapa-napa. Tidak hanya Dean, mungkin juga bayi kami jika tebakanku benar.