Back to Deana’s POV Aku lapar. Benar-benar lapar sampai rasanya nasi putih lauk garam pun terasa sangat enak di bayangan. Meski aku belum pernah makan nasi putih lauk garam, tetapi perpaduan keduanya rasanya jauh lebih baik daripada nasi lauk ayam yang dari tadi tergeletak di depanku. Nasi itu sudah dingin, juga mulai dihinggapi lalat. Selapar apa pun aku, tak sudi aku makan makanan di tempat kumuh seperti ini. Tak sudi pula aku makan di nasi pemberian mereka. Iya, mereka, orang-orang yang bahkan tak kutahu identitasnya. Mereka terdiri dari dua laki-laki bertubuh tinggi besar dan lengannya kekar. Mereka memakai masker, jadi aku tidak tahu detail wajahnya. Yang jelas, matanya terlihat menakutkan. Jujur, aku sama sekali tidak tahu di mana ini. Yang jelas, tempat ini agak gelap. Cahaya