Dilan’s POV Dean masih juga belum sadar. Wajahnya pucat pasi, mungkin beberapa penyebabnya adalah kelaparan sekaligus kedinginan. Baju yang dia pakai lengan pendek, juga kardigannya pun tidak cukup tebal. Rasanya sakit sekali ketika semalam melihat tangis Dean pecah dan badannya gemetar hebat. Aku merasa bersalah karena sudah gagal menjaganya. Andai aku tetap menjemputnya dan tidak membiarkannya pulang sendiri, mungkin kejadian naas ini tidak akan pernah terjadi. “Lan...” aku menoleh ketika mendengar ada yang memanggilku. Ternyata Mami, beliau datang membawa satu tas jinjing yang entah berisi apa. “Dari rumah, Mi?” “Iya.” Mami tersenyum, lalu mengusap pundak kananku. “Kalau kamu mau pulang sekarang, enggak papa. kamu butuh mandi, istirahat dan sarapan. Biar Dean Mami yang jagain.