Nata melangkahkan kakinya keluar dari ruang perawatan dan juga rumah sakit tersebut. Langkahnya gontai, pikirannya mulai kacau tak menentu. Dadanya berdesir setelah mengetahui semua kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Pantas saja, dalam beberapa hari ini saat bertemu dengannya mata yang dulu sendu semakin terlihat sendu dan sorot mata terluka semakin terlihat jelas nyata dari matanya. Di setiap langkah kakinya, tanpa ia sadari perlahan air mata menetes satu persatu hingga membasahi pipinya. Sesekali ia mengusap kasar air mata tersebut. Nata tak suka dengan air mata ini, ini adalah air mata kesakitan. Air mata kekecewaan karena seorang wanita yang pernah dicintai hancur karena cinta. Sebuah pengabdian dan cinta luar biasa seorang istri pada suami membuatnya semakin jatuh dan terlihat re