Hanafi mengulang kembali panggilan telepon kepada Hany. Namun sayang, sambungan telepon itu sama sekali tidak menyambung. Padahal ini sudah jam tujuh malam. Masa iya, ponselnya mati terus. Padahal kehidupan Sakinah itu tidak bis ajau -jauh dari ponsel. Hanafi hanya menyeruput kopinya. Ia sedang mempersiapkan rumah barunya untuk istri tercinta. Rumah yang beraa di perbatasan kampung dan kota besar tetapi agak berada di pelosok. Rumah baru itu memiliki dua lantai. Semuanya dindingnya kebanyakan dari kaca besar. "Antum kenapa lagi, Bang?" tanya Dul yang baru saja keluar dari kamar. Seharian ini ia sibuk bekerja dengan kliennya yang berasal dari Turki. Hnaafi hanya melirik sekilas ke arah Dul. "Pasti istri gemesnya mulai buat ulah," tebak Dul sambil mengaduk kopi latte instant dan ikut d