BAB 6 PERCOBAAN MATI
Setelah percintaan mereka semalam. Leonard pergi meninggalkannya begitu saja, tanpa meninggalkan satu katapun.
"aghhh.. p*****r yang malang." Audrey menertawakan dirinya, menyibak selimut yang menutupi tubuh polosnya. Melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, Audrey akan menghapus jejak Leonard pada tubuhnya. Meskipun, mustahil karena tubuhnya di penuh banyak bercak kemerahan.
"Sialan!! Kenapa harus sebanyak ini." Audrey mengusap kasar lehernya sampai ke dadanya yang penuhi bekas ciuman Leonard.
Setelah membersihkan dirinya Audrey memilih pakaian yang menurutnya paling jelek di antara gaun mahal yang terlihat glamor itu. Menurut Audrey ia tak akan tertarik dengan pakaian bermerek mewah apa lagi tampilannya yang begitu berlebihan. Seperti, bukan mencerminkan diri Audrey yang begitu bebas. Beruntung ia mendapatkan satu pakaian yang pas. Celana jins pendek dan kaos hitam yang mungkin Leonard siapkan untuknya.
Audrey membuka pintu kamarnya, dan sejenak menatap pintu kayu yang di ukir mewah di depannya pemiliknya tentu saja Leonard. Mungkin saja, itu hanya tebakannya meskipun penasaran Audrey tak mau bersikap lancang dan melangkahkan kakinya menuju ke sana. Audrey memilih menuruni tangga melihat apakah ada makanan yang bisa dirinya makan sekali lagi, ia berubah pikiran mengatakan tak ingin makan-makanan yang ada di rumah Leonard.
Audrey melihat pembantu yang sudah sedikit berumur sedang menata berbagai makanan di atas meja. Audrey mengagumi semua kekayaan Leonard kenapa, saat dia dekat dengan Leonard tak pernah sekalipun pria itu memamerkan kekayaannya. mungkin dia berpikir Audrey akan menghabiskan uangnya.
‘’Pergi kemana tuan Leonard?" Audrey bertanya berbasa-basi ke salah satu pelayan yang sedari tadi sibuk memindahkan makanan ke atas meja makan. Seperti, sedang ada acara besar di rumah.
"Tuan Leonard ada urusan di perusahaanya Nona... sehingga, Tuan pergi pagi sekali Nona."
"Siapa yang akan makan makanan sebanyak ini?" Audrey seakan kenyang melihat puluhan jenis makanan yang tertata meja makan.
"Tentu saja nona. tuan berpesan agar membuatkan makanan yang terbaik untuk nona Audrey." Pelayan menunduk hormat membuat Audrey merasa sedikit canggung.
"Panggil para pelayan lainya." Audrey menyuruh satu pelayan memanggil semua pelayan di rumah ini. Ada 15 pelayan termasuk tukang kebun dan supir berbaris di hadapan Audrey.
"Duduklah dan ambil makanan yang ada di depan kalian." Audrey memerintahkan mereka semua untuk bergabung bersama-sama.
Mereka semua membesarkan mata dan menggelengkan kepala dengan cepat. mereka tak berani untuk bergabung makan bersama wanita yang akan menjadi nyonya di rumah ini.
"Kalian takut? Aku memberikan perintah duduk! sebelum aku melaporkan kalian karena, tidak becus melayaniku kepada Leonard!!" Sedikit bentakan akhirnya mereka duduk di kursi meja makan yang di isi 20 lebih.
"Makanlah sepuas kalian...jika Leonard marah katakan saja, aku yang menyuruh kalian." Audrey menyuap makanan yang dia ambil sedikit hari ini dia tak berselera makan.
Para pelayan merasa senang bahwa nyonya yang di cintai tuan mereka sangatlah baik hati. terbukti dari sikapnya, yang tegas tetapi memiliki hati malaikat dengan membiarkan pelayan makan satu meja dengannya.
Setelah makan Audrey menanyakan dimana ruang berlatih biasa Leonard gunakan. para pelayan membawanya kesatu ruangan yang berada di pojok sebelah kiri dari sayap rumah. Audrey membuka pintu, dan melihat banyak alat berlatih. disini membuat Audrey cukup bersemangat segala macam senjata api sampai senjata tajam lengkap di ruangan ini. Bahkan, Leonard punya ring dan samsak yang bisa menjadi tempat pelampiasan amarahnya sekarang. Audrey sangat menyukai semua benda dalam ruangan ini.
Audrey memukul samsak dengan amarah yang sedari tadi dia tahan. Tangannya tak berhenti meninju samsak dan terus bayangkan samsak itu adalah Leonard yang ada di depannya, Audrey berusaha menimbulkan rasa benci semakin dalam agar rasa cinta semakin terkubur mati.
Setelah memukul samsak Audrey mengambil pisau dan melatih ketangkasan memainkan pisau dengan gesit. Audrey banyak mempelajari seni bela diri dengan didikan keras, saat dirinya memilih menjadi agen rahasia membuatnya harus membunuh rasa takutnya. Audrey mendengar ada yang membuka pintu membuatnya melempar pisau yang ia pegang. dia tak peduli, mengenai seseorang atau tidak.
Leonard yang mendengar Audrey sedang di ruangan berlatih. Membuatnya penasaran apa yang di lakukan wanita itu di sana, tapi yang membuat Leonard terkejut saat pisau menancap tepat di belakangnya, jika saja ia tak menghindar dengan cepat. Maka saat ini sudah dia akan mati konyol dengan tertusuk.
Leonard melihat Audrey melakukan itu sendiri. membuat Leonard bertanda tanya dari mana wanita ini belajar bela diri. Bahkan orang profesional sekalipun, masih bisa melesatkan lemparannya. Tetapi Audrey sangat tepat, untung saja Leonard menghindar.
"s**t! kenapa aku jadi berhalusinasi. "Audrey menutup matanya, dan kembali membukanya untuk melihat apakah Leonard yang saat ini di depannya.
Leonard berjalan semakin mendekat ke tubuhnya memeluk tubuh wanita yang saat ini masih bingung dengan kedatangannya.
"Apa yang kau pikirkan...hemm." Leonard membisikan di telinga Audrey, membuat wanita itu sadar bahwa di hampir membunuh Leonard barusan.
"Apa kau baik-baik saja?" pertanyaan itu seketika tercetus keluar dari bibirnya. Audrey terlihat perduli menanyakan keadaan Leonard entah, kenapa hatinya tak mengikuti kemauan otaknya.
"Nyaris mati tapi it's okay." Leonard meraih dagu Audrey, dan mengecup bibir itu dengan singkat sebelum menjauh wajahnya.
"Dari mana kau belajar bela diri, aku yakin kau bukan orang yang amatir dalam memainkan senjata." Leonard melihat reaksi Audrey yang kembali berubah tegas dan dingin. Saat mendengar pertanyaan Leonard membuat Audrey terdiam Leonard atau siapapun tak boleh tau pekerjaannya.
"Aku hanya belajar untuk melindungi diriku agar tak kembali di perkosa dengan terpaksa seperti dirimu." Audrey mengatakan hal secara asal dia tak benar-benar mengatakan itu. Tapi, melihat wajah Leonard yang mengeras membuat Audrey tau pria itu sedang tersinggung.
Leonard berbalik keluar meninggalkan Audrey. Seketika Audrey merasa ucapan mungkin menyakiti perasaan Leonard. Tapi, sejak kapan dirinya peduli akan itu bukankah tujuannya disini membunuh Leonard.
Audrey memilih keluar ruangan juga dan tak memperdulikan Leonard. Dia butuh hal yang bisa menyegarkan tubuhnya mungkin saja dengan berenang, Audrey menanggalkan pakaiannya menyisakan pakaian dalam dan langsung terjun masuk kedalam kolam renang yang terlihat jernih.
Sedangkan, dari atas Leonard semakin marah saat melihat Audrey dengan santainya berenang mengunakan pakaian dalam saja. Hal itu membuat Leonard mengumpat, dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa dan melangkah kakinya menuju kolam- renang.
Bug...bug...
Leonard memukul kedua penjaga pria yang dengan kurang ajar menatap Audrey saat sedang berenang.
"Kenapa kau memukul mereka!!." Audrey yang melihat kegaduhan menghentikan berenang.
"Gara-gara kau sialan!! ada apa dengan pakaian itu, kenapa kau tak telanjang saja!" Leonard marah menatap mata Audrey dengan tajam.
"Ah ide yang bagus."Audrey memancing Leonard dengan berpura-pura melepaskan pengait Branya.
"Kalian pergilah!! atau akan ku buat kedua mata kalian buta! panggil satu pelayan wanita bawakan handuk."Leonard memerintahkan kedua pelayan itu pergi. Setelah itu, Leonard kembali melihat Audrey tapi dia tak menemukan wanita itu.
"Jangan bercanda kenapa kau menenggelamkan dirimu" Leonard melihat Audrey di dasar kolam renang. Tapi Leonard tak melihat tanda-tanda pergerakan Audrey hanya candaan. Membuat pria itu panik dan langsung melompatkan dirinya, kedalam kolam renang yang memiliki kedalaman 5 meter.
Leonard merah tubuh Audrey dan membawanya ke permukaan. Audrey membaringkan tubuh Audrey di atas lantai marmer di samping kolam renang, memompa d**a Audrey yang saat ini tak sadarkan diri. Wajah wanita itu terlihat pucat saat Leonard memberikan nafas buatan. Akhirnya Audrey sadar membuat Leonard dapat bernafas lega.
"Kau ingin mati atau bagaimana!!"Leonard langsung memarahi Audrey yang saat ini masih terbentuk batuk. Sialnya!! karena kakinya keram membuatnya tenggelam Audrey ingin meminta tolong tapi dirinya malu.
Audrey sebenarnya tak pingsan, dia bisa menahan nafasnya 5 menit di dalam air. dia hanya berpura-pura pingsan agar semuanya terlihat natural.
"Kakiku keram! dan bukankah, jika aku mati lebih menguntungkan bagimu." Audrey menatap Leonard yang saat ini juga masih menatapnya, Audrey tau Leonard sangat peduli padanya ada rasa takut kehilangan di mata pria itu.
"Bukankah kau mengatakan ingin membunuhku!! bagaimana itu terjadi jika kau mati bodoh?"Leonard membawa kain menutupi tubuh Audrey. membuat Audrey bangun dan duduk menghadap Leonard.
"Pembalasan selesai jika aku mati." Audrey meletakan tangannya di pipi Leonard dan mencium bibir pria itu dengan intens.
Tangan Audrey kini mengkaitkan tangannya di leher Leonard menerima ciuman itu semakin, dalam tapi ciuman mereka terhenti saat Leonard menerima panggilan.
"s**t! kenapa aku seperti jalang yang haus akan Seks." Audrey bangun dengan malu berjalan masuk meninggalkan Leonard .
******