“Tristan!” Bela bangkit dengan tiba-tiba hingga kursi yang ia duduki jatuh, lantas ibu hamil itu berlari menghampiri sang suami, memeluknya erat. “Wow, wow, jangan terlalu erat!” Tristan sedikit mendorong tubuh Bela saat merasakan perut hamilnya menekan perut Tristan. “Perut kamu, Bela,” tegurnya. Barulah Bela memundurkan tubuhnya, meringis, merasa bersalah pada bayi di dalam perutnya. “Maaf, ya,” gumamnya sembari mengusap perutnya yang sudah membuncit memasuki bulan ketujuh. Tristan maju selangkah, menangkup pipi Bela lembut dan mencium keningnya. “Makasih banyak, Bela.” Rasa hangat segera menjalar dari titik yang dicium Tristan. Kontak pertama mereka setelah lebih dari dua bulan terpisah, seketika seperti ada hujan yang menyirami hati Bela yang akhir-akhir ini terasa gersang. “Buat