Bibir Tristan bergetar saat bicara. “Ini … anak saya?” “Iya, Pak. Lahir selamat dengan berat 1600 gram. Maaf, untuk sekarang Bapak belum bisa menggendongnya, paru-parunya belum sempurna, masih gampang kedinginan, jadi harus dirawat di inkubator dengan alat bantu nafas,” jelas petugas medis. Tangan Tristan terangkat, gemetar. Ujung jemarinya menyentuh kaca inkubator dengan hati-hati, seolah kaca itu adalah tubuh bayinya. “Ya Tuhan,” desahnya tak percaya. Matanya terasa panas dan berair, ia mengusapnya dengan punggung tangan. “Tapi … dia bisa tumbuh kayak anak lain kan?” Ia bertanya tanpa menoleh, matanya terpaku pada bayi mungil di dalam inkubator yang menggeliat pelan. “Bisa, Pak. Asal kita berusaha. Karena mau bagaimanapun, perawatan bayi prematur jelas berbeda dengan bayi yang nggak