“Kok baru pulang jam segini?” sambut Tristan saat Bela baru tiba di rumah lewat pukul sepuluh malam. Sembari mengusap perutnya yang sudah buncit besar, Bela menghempaskan dirinya di sofa ruang tengah, menghela nafas berat. “Kena macet,” keluh Bela rendah, menutupi wajahnya dengan lengan. Melihat itu, d**a Tristan terasa sesak. Kelelahan jelas tergambar di wajah dan gestur tubuh Bela. Harusnya sekarang Bela bisa leha-leha di rumah saja sembari menunggu kontraksi datang dan menyiapkan kamar bayi. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Bela sibuk mengumpulkan pundi-pundi uang demi keberlangsungan hidup mereka. Tristan duduk di samping sang istri, mengusap tepi wajah Bela yang berkeringat tipis. “Mandi dulu terus tidur,” katanya lembut. Bela mengangguk, menurunkan tangannya yang menutup wa