“Ada apa?” tanya Bela saat melihat Tristan masih belum juga memejamkan mata meski jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Ia baru saja selesai menyusui Naya—putri mereka yang baru berusia satu bulan. Sejak tiga hari lalu, Naya sudah diperbolehkan pulang karena kondisi fisiknya sudah dianggap mampu bertahan tanpa alat kesehatan. “Hm?” Tristan menoleh, mengusap matanya yang sebenarnya sudah lelah. “Kamu tidur lagi aja.” “Kamu udah begini selama beberapa hari.” Bela beringsut, melingkarkan lengannya di pinggang Tristan. “Ada apa, Tris? Ada masalah di kantor?” Satu tangan Tristan membelai rambut Bela pelan, satu tangannya yang lain masih bertengger di atas keyboard laptop. “Mungkin aku nggak bisa bantu,” imbuh Bela, ikut menatap ke layar laptop Tristan. “Tapi kamu masih bisa