“Gimana?” Dhea meletakkan secangkir teh hangat di hadapan Davka. Usai dari pengadilan, Davka menerima telepon dari Dhea dan mereka bertemu di kantor Dhea. Setelah mengundurkan diri menjadi tim Tristan, tentu saja Dhea langsung mendapat jabatan di kantor papanya. “Ternyata bener, mereka percaya. Kamu jago juga ya memanipulasi file recorder begitu.” Davka berkata kasual sembari mengambil cangkir dan menyesap tehnya. Dhea tersenyum tipis, duduk di hadapan Davka dan meneguk tehnya sendiri. “Itu sih kerjaan enteng daripada ngebajak hampir seluruh CCTV publik.” Davka tertawa pelan, meletakkan cangkirnya. “Dan sekarang Bela terjebak karena dia masih punya rekaman CCTV itu. Aku yakin Tristan pasti akan dipenjara karena ini.” “Itu pasti.” Dhea mengangguk setuju. “Tapi ….” Davka mencondongkan