Davka benar-benar tidak membiarkan Mira tidur malam ini. Baru saja selesai ronde pertama, ia sudah sibuk menciumi dan merangsang tubuh Mira agar siap kembali. Dan suara Mira yang keenakan bagai musik di telinga Davka, membuatnya ketagihan. “Davka, ah …!” jerit Mira melengking. Tubuhnya melengkung bagai busur panah saat dirinya kembali mencapai puncak permainan entah untuk yang keberapa kali. Merasakan dirinya diremas dan dipijat lembut oleh kehangatan Mira, Davka tak tahan lagi. Ia menyemburkan pelepasannya di dalam sana, memasukkan sebanyak mungkin benih ke rahim Mira dengan harapan wanita itu bisa mengandung anaknya. Tubuh keduanya yang basah oleh keringat dan cairan lain kini masih berpelukan erat. Nafas mereka masih terengah, hangat, dan menderu. Tak ada satu pun dari mereka yang b