Bab 19. Bunga untuk Calon Istri

1134 Kata

Bela meremas jemari dengan gelisah, menunggu ayahnya keluar dari gerbang penjara. Dan ketika ia melihat ayahnya muncul dari balik gerbang besi setinggi tiga meter itu, ia langsung berlari berhambur memeluk ayahnya. “Ayah!” serunya lega dan bahagia. Prabu tersenyum tipis, balas memeluk putrinya. “Kamu sendirian?” tanyanya saat mereka melepas pelukan. “Iya. Ayo pulang, Yah. Ibu sudah nunggu di rumah,” ajak Bela tak sabar. Prabu mengangguk dan mengekor di belakang ayahnya, menuju taksi yang tadi membawa Bela ke sini. Ayah dan anak itu duduk bersebelahan di kursi penumpang. Awalnya, tidak ada yang mulai bicara. Sampai akhirnya, Prabu yang lebih dulu buka suara. “Ayah minta maaf,” lirihnya, nyaris tak terdengar. Bela sontak menoleh, terkejut. “Apa, Yah?” Prabu menarik nafas panjang, waj

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN