Aku mencium aroma yang sangat tidak enak, seperti aroma minyak angin. Akhirnya aku membuka mata, tiba-tiba mendapati diriku sudah berbaring di sebuah kamar yang aku sendiri lupa ini di mana. Dari tampilannya, seperti bukan kamar di rumah sakit. Tapi aku merasa tak asing dengan kamar ini. Mungkinkah aku pernah ke sini? “Ibu, Kak Felis sudah siuman!” teriak Gracia, sepertinya sedari tadi dia menungguku sadar. Aku menatap ke arah samping, ternyata ada Rere juga. “Apa yang terjadi?” tanyaku lemah. Entah, rasanya lemas sekali. Aku sampai sulit untuk bangun meski sudah berusaha. “Felis, tolong jangan banyak bergerak dulu, kamu masih perlu istirahat,” pinta Rere sembari menyodorkan segelas air putih untukku. Aku baru ingat, tadi aku sempat mual dan pusing. Aku yakin, aku sudah pingsan hingga