Sava terlarut dalam suasana hingga akhirnya ia pertama kali menyuarakan keluh kesahnya kepada sosok Jasmine yang saat ini sedang diam mendengarkan Sava bercerita. Kenapa Jasmine? Kenapa bukan Risa, sahabatnya? Sava pun tidak tahu mengapa. Ada sebuah sinyal yang mengatakan bahwa bercerita ke perempuan itu pun tidak masalah, karena saat ini ia hanya sedang bersamanya. “Aku turut prihatin, Sava.” Sava menyunggingkan senyumanya. “Sudah lewat waktunya aku bersedih, karena saat ini aku harus melewati ini semua. Bagaimana bisa menormalkan hormonku kembali. Karena dari apa yang aku baca, penyakit jenis ini belum ada obatnya. Hanya dengan mengubah pola hidup akan berhasil. Itupun pasti tidak bisa instan.” “Aku yakin kau bisa melalui ini semua, semua ini tidak akan terjadi kalau bukan atas kehen

