Sita menunduk. Ia masih teringat sensasi bagaimana Kelana memperlakukannya dengan sangat romantis. Itu foreplay terbaik yang pernah dialami. “Gak pa-pa.” jawabannya.Tiba-tiba saja Ima bangkit dan berlari ke kamar mandi. Lekas aku menyusulnya. Ima sepertinya belum menyadari kedatanganku, terbukti dari ia yang masih fokus pada wastafel.Perlahan aku mengayun langkah mendekatinya. Tanganku mulai bergerak memijat tengkuknya. Ima menoleh sebentar, sebelum kembali memuntahkan isi perutnya yang berupa cairan bening. “Masih mual?” tanyaku sembari memberinya tisu. Ima menggeleng, namun tak urung jua ia mengambil tisu itu dari tanganku. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ima berlalu melewatiku. Kutatap punggungnya sebelum hilang dibalik pintu. Aku tersenyum kecut, entah lah ada apa dengannya?Tak i