Keisha memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Matanya sedikit berkunang-kunang, dan rasa mual kembali menyerangnya. Ia bangkit dengan cepat, berlari menuju kamar mandi, lalu memuntahkan cairan yang keluar dari mulutnya. Hanya cairan bening yang keluar, tidak ada makanan, karena sejak pagi tadi dia memang belum makan apa pun. Keisha mengusap bibirnya dengan cepat, lalu bersandar lemas pada wastafel. "Kenapa aku masih mual begini?" gumamnya pelan. Sudah hampir dua minggu dia mengalami mual seperti ini. Awalnya, dia berpikir hanya masuk angin atau kelelahan, tapi rasa mual ini semakin menjadi-jadi. Setiap pagi, kepalanya terasa berat, tubuhnya lemas, dan perutnya terasa aneh. Keisha menarik napas dalam-dalam sebelum berjalan menuju meja kecil di kamarnya. Di sana, ada kalender yang