Brian duduk di kursi bar, menatap kosong pada gelas whiskey di tangannya. Sudah gelas keempat, tapi efek alkohol sepertinya belum cukup untuk membuatnya lupa akan semua kekacauan di hidupnya. Musik dari klub malam ini berdentum kencang, lampu warna-warni berkedip-kedip di sekitar ruangan, dan wanita-wanita berdandan seksi lalu-lalang di sekitarnya. Beberapa dari mereka menatapnya penuh minat, mungkin mengincarnya sebagai target berikutnya. Biasanya, Brian akan menikmati suasana ini. Ia akan menyesap whiskey-nya dengan santai, mungkin membawa satu atau dua wanita ke kamar hotelnya, dan melupakan semua masalah. Tapi malam ini... pikirannya tidak bisa lepas dari Kaila. Bayangan wajah istrinya yang menangis histeris, memohon padanya untuk tidak menceraikannya, terus muncul di benak