Seusai beradegan pelukan dengan istrinya, yang berhasil menghangatkan hati dan meredakan pikiran Bara yang telah bekerja keras akhir-akhir ini. Kini Bara harus berhadapan dengan papa mertuanya. Entah, untuk perkara apa kali ini? Semoga bukan sesuatu yang serius dan dapat memusingkan kepalanya. Karena jujur saja, papa mertuanya jarang sekali meminta waktu untuk berbicara empat mata seperti sekarang ini. Mungkin pernah sesekali, membicarakan perusahaan atau menasihati Bara dalam menghadapi Leta. "Kamu kenapa tegang sekali, Bara? Duduk yang nyaman. Tidak perlu terlalu tegak seperti itu. Memangnya Papa ini komandan pleton apa?" Akhirnya, Bara menghela napasnya. Ia mencoba duduk santai. Mencoba pula untuk tidak setegang sebelumnya. Sesuai permintaan Baskara. "A--ada apa, Pa? Sepertinya ada h