Problem in Jiangnan II

3359 Kata
Begitu waktu pulang kerja telah tiba, Mo Qing Shan dengan terburu-buru pergi dari istana. Dia keluar dari gerbang istana dengan menunggangi kudanya menuju ke suatu tempat. Tidak lama berselang, kuda lain mengikutinya. Orang yang mengikutinya itu adalah Jiang Xianji! Kuda Mo Qing Shan berhenti di depan rumah b****l. Jiang Xianji yang membuntuti Mo Qing Shan menolak untuk masuk ke dalam rumah b****l itu dan memutuskan untuk menunggu di luar. Waktu demi waktu berlalu dan Mo Qing Shan masih belum keluar dari rumah b****l itu. Jiang Xianji merasa ada sesuatu yang aneh. Mo Qing Shan tentu saja tidak tahu kalau orang yang menbuntutinya itu adalah orang kepercayaan Chen Wang. Yang dia ketahui adalah fakta dimana dia harus berhati-hati karena Kaisar Chen mungkin telah mengawasinya. Jadi dia berusaha untuk mengalihkan perhatian orang itu dengan masuk ke rumah b****l. Tuan muda Mo memang terbiasa pergi ke rumah b****l di masa lalu, namun dia tidak pernah tinggal di rumah hiburan itu dengan niatan untuk menggoda gadis atau melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh pria-pria lain. Hal yang sama juga berlaku untuk saat ini. Begitu tuan muda Mo masuk ke dalam rumah hiburan yang telah akrab dengannya itu, dia langsung mengganti pakaiannya dan keluar melalui pintu belakang. Di sana, sudah ada Xu Jia yang telah menunggunya. “Tuan muda.” Sapa Xu Jia. “Ayo kita pergi.” Kata Mo Qing Shan. Xu Jia adalah orang yang sangat dipercayai oleh Mo Qing Shan, jadi dia tahu bahwa dia bisa berbagi informasi dengan orang itu. Mo Qing Shan telah menyuruh Xu Jia untuk menemukan lokasi tempat tinggal Liu Qingge, karena jika Mo Qing Shan menunggu ayahnya, maka itu pasti akan terlalu lama. Alasan lain adalah karena Mo Qing Shan tidak mau membahayakan ayahnya. Ayahnya telah diawasi oleh Kaisar Chen sehingga pergerakannya akan sangat sulit. Setelah berkuda ke arah utara, Mo Qing Shan dan Xu Jia akhirnya berhenti di depan sebuah Fu kosong yang sepertinya telah lama ditinggalkan. Tidak ada tanda-tanda bahwa Fu itu masih ditinggali, itu terlihat lapuk dan juga rapuh. “Ini adalah tempatnya?” Tanya Mo Qing Shan. Xu Jia mengangguk dan menjelaskan, “benar sekali tuan muda. Saya telah mencari tahu dan menemukan bahwa ini memang bekas tempat tinggal Liu Qingge. Semenjak keluarga Liu dieksekusi dua puluh tiga tahun yang lalu, Fu ini menjadi tidak terurus dan terbengkalai. Pemerintah mengambil alih kepemilikan tempat ini dan berniat untuk meruntuhkannya, tapi sampai sekarang, hal itu tidak pernah terjadi.” “Apakah kau tahu penyebab hal itu terjadi?” Mo Qing Shan bertanya dengan sedikit rasa penasaran. Xu Jia menjawab tanpa ragu, “menurut para penatua disekitar, Putra Surga melaranganya. Putra Surga ingin menjadikan tempat ini sebagai rumah singgah untuknya, tapi itu selalu batal hingga bertahun-tahun berlalu dan rencana itu tidak pernah terealisasi.” Mo Qing Shan turun dari kudanya dan dengan langkah perlahan berjalan mendekat ke pintu gerbang Fu itu. Ada banyak sarang laba-laba disana, bahkan debu di pintunya memberikan gambaran bahwa tidak pernah ada orang yang datang ke tempat itu untuk beberapa waktu. “Tuan muda, kita harus memanjat pagar jika ingin masuk. Pintu itu terkunci.” Jiang Xianji menunjuk ke sebuah arah dan Mo Qing Shan segera berjalan untuk mengikutinya. Dua pria itu dengan muda memanjat pagar dan kaki mereka segera menapaki halaman samping Fu milik Liu Qingge. Fu itu tidaklah sebesar Fu milik Mo Jianyu, tapi bisa dilihat jika Fu itu pernah menjadi saksi kebahagiaan Liu Qingge dan keluarganya. Tanaman-tanaman rambat telah tumbuh dan memadati halaman Fu, beberapa bunga liar juga terlihat bermekaran di sana. “Berhati-hatilah tuan muda, mungkin ada ular di sekitar.” Xu Jia mengingatkan. “En.” Mo Qing Shan mengangguk sebelum akhirnya melanjutkan melangkah lebih jauh. Mo Qing Shan merasakan emosinya bercampur aduk saat dia melihat-lihat di sekitar Fu. Dia berpikir bahwa jika saja kejadian nahas di masa lalu itu tidak terjadi, maka Fu itu akan menjadi rumah Liu Ru Shi bersama dengan orang tuanya. Dia, Mo Qing Shan, mungkin akan selalu datang ke Liu Fu untuk melihat Liu Ru Shi yang cantik. “Ayo kita berkeliling dulu.” Kata Mo Qing Shan dan Xu Jia segera mengangguk sebelum akhirnya mengikutinya dari belakang. Tempat pertama yang dilihat oleh Mo Qing Shan adalah aula, itu adalah aula utama yang biasanya digunakan untuk menerima tamu atau sebagai tempat berkumpulnya anggota keluarga. Aula utama Liu Fu tidak besar, mungkin itu disesuaikan dengan anggota kelurga mereka yang memang hanya berjumlah sedikit. Tidak ada barang-barang disana, hanya ada potongan-potongan kayu yang kemungkinan berasal dari perabot-perabot yang telah rusak karena lapuk dimakan waktu. “Apakah ayah pernah pergi ke sini?” Pikir Mo Qing Shan, “bagaimana rupa paman Liu dan bibi Liu? Mereka pasti sosok yang tampan dan cantik mengingat Liu Ru Shi juga cantik.” Setelah berkeliling ke beberbagai ruangan, Mo Qing Shan akhirnya berhenti di sebuah ruangan dimana aroma dupa tercium dari balik pintu. Fu itu kosong, bagaimana mungkin ada orang yang membakar dupa disana? “Tuan muda,” Xu Jia mencengkram erat gagang pedangnya. Mo Qing Shan samasekali tidak gusar, dia terlihat sangat tenang saat dia membuka pintu ruangan itu. Mo Qing Shan, “…..” Xu Jia, “….” Keduanya tampak tercengang untuk beberapa saat. Apa yang mereka temukan? Apakah ada orang disana? Jawabannya ‘tidak’, tidak ada seorang pun di dalam sana. Namun sesuatu yang membuat Mo Qing Shan tercengang itu adalah keberadaan tablet peringatan serta stik dupa yang masih mengeluarkan asap, menandakan bahwa ada orang yang baru saja datang ke tempat itu. Tapi siapa? Siapa orang yang telah menjadikan salah satu ruangan di Liu Fu sebagai aula leluhur? “Apakah itu ayah? Aku rasa itu tidak mungkin.” Mo Qing Shan berpikir. Mo Qing Shan melangkah lebih dekat ke meja persembahan yang di atasnya terdapat tiga tablet nama orang yang sudah meninggal dan juga hiolo lengkap dengan stik dupa yang masih menyala. “Liu Qingge, Han Yue Liang, dan…” Mo Qing Shan melirik tablet kayu terkecil dengan ukiran nama Liu Ru Shi di atasnya. Melihat nama orang yang dicintainya tertulis di tablet papan orang mati, hati Mo Qing Shan tidak bisa tidak berkedut. Saat itu malam hampir tiba dan bahkan matahari sudah hampir terbenam, namun Mo Qing Shan masih belum menelusuri Fu milik keluarga Liu itu secara keseluruhan. Dia hanya menemukan sesuatu yang mungkin saja akan mengejutkan baginya dan juga bagi ayahnya, tuan Mo, jika Mo Qing Shan memberitahunya. “Untuk sementara ini mari kita pergi dulu. Sudah hampir malam.” Kata Mo Qing Shan pada Xu Jia. Xu Jia mengangguk dan segera mengikuti Mo Qing Shan keluar dari Liu Fu. Saat makan malam tiba, Mo Qi Yue yang berperasangka bahwa Mo Qing Shan masih bersikap aneh datang untuk duduk di sebelah kursi pria muda itu. Itu tidak seperti biasanya. Ya, bahkan sebelum Mo Qi Yue sempat duduk, Mo Qing Shan biasanya akan menggeser kursi untuk gadis itu, tapi kali Mo Qing Shan tampak larut dalam pemikirannya. “ShanShan, kau belum mandi? Kenapa kau belum mengganti pakaianmu?” Tanya Mo Qi Yue. Mo Qing Shan segera bangun dari lamunannya, dia menatap Mo Qi Yue dengan tatapan linglung sebelum akhirnya berkata, “en, aku kelaparan, jadi aku ingin makan dulu.” “Baiklah.” Kata Mo Qi Yue, berusaha untuk tidak memilirkan hal-hal tertentu terlalu jauh. Saat makan malam telah selesai, Mo Qing Shan langsung pergi ke paviliunnya. Dia terlihat berendam di bak mandi kayunya sembari memejamkan matanya. Aroma cendana kesukaannya tercium dan itu membuatnya menjadi tenang. Barulah setelah beberapa saat, Mo Qing Shan bangkit dari bak mandi itu setelah dia mendengar langkah kaki seseorang di ruangan pribadinya. Tanpa mengenakan atasan dan membiarkan tubuh bagian atasnya telanjang, Mo Qing Shan keluar dari kamar mandinya. “Xu Jia, apakah itu kau?” Tanya Mo Qing Shan. “ShanShan, ini aku.” Kata Mo Qi Yue sembari meletakkan semangkuk sup jahe di atas meja. Mo Qing Shan mengerutkan keningnya, “Jie, itu kau rupanya. Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?” Mo Qi Yue memang selalu masuk ke kamar Mo Qing Shan tanpa mengetuk pintu, itu adalah suatu kebiasaan dan Mo Qing Shan tidak pernah mempermasalahkannya. Namun saat itu, Mo Qing Shan bertanya, hal itu membuat Mo Qi Yue sedikit merasakan tidak enak di hatinya. “Ma..maafkan aku ShanShan. Jiejie tadi lupa, lain kali aku akan mengetuk pintu. Kalau begitu aku pergi dulu, beristirahatlah.” Mo Qi Yue berkata dengan suara lembut. Mo Qing Shan bisa merasakan bahwa gadis itu sedikit merasa bersalah dan dia segera menyadari kesalahannya. Mo Qing Shan mengutuk dirinya sendiri di dalam hatinya, “bodoh! Kenapa kau malah bertanya seperti itu!” Sebelum Mo Qi Yue melewati ambang pintu, Mo Qing Shan buru-buru mengejar gadis itu. Mo Qing Shan tanpa berpikir langsung memeluk tubuh Mo Qi Yue dari belakang. Bagian atas tubuh Mo Qing Shan yang masih basah membuat pakaian Mo Qi Yue juga basah. “Maafkan aku Jie.” Kata Mo Qing Shan dengan suara lembut, “aku banyak pekerjaan akhir-akhir ini, kau pasti kecewa padaku kan?” Mo Qi Yue merasa tidak nyaman dengan posisi mereka. Jika dulu, dia akan baik-baik saja, tapi sekarang Mo Qi Yue harus lebih berhati-hati. Mo Qi Yue tentunya ingat niatannya, bahwa dia harus menjaga batasan dengan Mo Qing Shan. Ya, itu karena mereka sudah dewasa dan tidak sepantasnya terlalu dekat. “Tidak apa-apa,” Mo Qi Yue melepaskan tubuh kecilnya dari pelukan Mo Qing Shan. Gadis itu melanjutkan ucapannya, “Jiejie mengerti. Sekarang kau harus beristirahat, aku akan kembali ke paviliunku.” Tuan muda Mo menggigit bibir bawahnya dan dia benar-benar ingin memberikan beberapa tamparan di wajahnya karena telah berani memperlakukan Mo Qi Yue seperti itu. Mo Qing Shan tidak lantas beristirahat, dia keluar dari paviliunnya dan pergi menuju ke ruang kerja tuan Mo. Saat itu, Mo Nian Zhen yang juga tengah berada di luar melihat Mo Qing Shan. Dia tentu saja tidak bisa tidak penasaran, jadi pemuda itu pergi untuk mengikuti Mo Qing Shan. “Ayah belum tidur,” Mo Qing Shan merasa lega, jadi dia tidak perlu lagi menyelinap masuk ke ruang kerja sang ayah layaknya seorang pencuri. Mo Nian Zhen mengamati Mo Qing Shan dari jauh, “apa yang akan dilakukan Qing Shan gege? Apakah dia ingin berbicara dengan paman? Aku jadi penasaran.” Tuan muda kedua Mo itu baru saja melangkah sekali saat Xu Jia datang dan menepuk pundaknya, hal itu tentu saja membuat Mo Nian Zhen tersentak. Mo Nian Zhen memarahi. “Tidak bisakah kau membuat suara? Kau membuatku kaget!” “Maafkan saya tuan muda, saya tidak bermaksud begitu.” Xu Jia kemudian bertanya, “apa yang tuan muda Mo Nian Zhen lakukan disini? Di luar dingin, lebih baik tuan muda masuk.” “b*****h ini,” Mo Nian Zhen mengutuk di dalam hatinya sebelum akhirnya pergi dengan ekspresi tidak puas. Xu Jia tentu saja sangat loyal pada Mo Qing Shan. Dia tahu bagaimana harus bertindak, dan dia tentunya juga tahu kalau Mo Nian Zhen yang haus akan rasa ingin tahu berniat mengikuti Mo Qing Shan. Xu Jia sendiri tidak tahu apa niatan adik sepupu tuannya itu, tapi sejauh ini, Xu Jia merasa bahwa tidak ada hal lain yang perlu dikhawatirkan. “Kau sepertinya kelelahan, akhir-akhir ini ayah lihat kau sangat sibuk. Bahkan saat makan malam tadi, kau terlihat begitu muram.” Tuan Mo menuangkan teh ke dalam cangkir untuk Mo Qing Shan dan untuk dirinya sendiri. Mo Qing Shan menjawab, “memang ada beberapa masalah yang harus diatasi oleh Departemen Pertahanan dan militer istana. Selain itu, aku juga mulai mencari petunjuk yang ayah katakan.” “Petunjuk?” Tuan Mo menginginkan penjelasan. “Iya,” Mo Qing Shan melanjutkan ucapannya, “tadi pagi aku pergi untuk melihat-lihat kompleks istana Putra Mahkota dan aku rasa untuk bisa masuk kesana akan sedikit lebih sulit. Dan juga, aku…, aku pergi ke rumah mendiang paman Liu.” Tuan Mo meletakkan gelasnya di atas tatakan, suaranya serak saat dia bertanya, “Fu itu masih ada? Ayah pikir bangunan itu sudah menjadi tanah.” Mendengar jawaban ayahnya itu, Mo Qing Shan bisa tahu jika orang yang menyalakan dupa di aula leluhur di Liu Fu itu bukanlah ayahnya, lalu siapakah orang itu? “Ayah, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku tanyakan pada ayah.” Mo Qing Shan berkata dengan ragu-ragu, “apakah selain ayah, paman Liu memiliki kerabat lain yang masih hidup? Keluarga dari bibi Hua mungkin? Atau siapa pun itu.” Tuan Mo berpikir sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya, “ayah pikir tidak ada. Hukuman untuk pengkhianat adalah hukuman pembasmian tujuh generasi dan karena itu mustahil keluarga Liu Qingge ada yang lolos. Memangnya kenapa? Apakah ada sesuatu yang aneh.” “Itu…, ketika aku pergi ke Liu Fu, aku mendapati aula leluhur disana. Ada stik dupa yang masih menyala dan juga papan peringatan. Ada tiga papan peringatan. Seseorang pasti telah membuatnya.” Ujar Mo Qing Shan. Tuan Mo tidak bisa memikirkan siapa orang yang akan melakukan hal semacam itu. Dari apa yang diketahuinya, Liu Qingge tidak memiliki kerabat lain. Keduanya telah bersahabat cukup lama, tapi apakah mungkin ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Mo Jianyu? Melihat ayahnya tampak sedang melamun, Mo Qing Shan manggilnya, “ayah? Apakah ayah baik-baik saja?” “Untuk hal ini, ayah juga tidak mengerti. Ayah sudah lama sekali tidak pergi ke tempat itu. Agar tidak menyia-nyiakan pengorbanan Liu Qingge, ayah memutuskan semua koneksi dan hidup seperti orang baru. Itu semua karena ayah tidak mau Yue’er berada dalam bahaya.” Tuan Mo menghela napas beratnya. Mo Qing Shan memutuskan bahwa dia akan mencari tahu. Orang itu pasti akan muncul lagi dalam waktu dekat, jadi Mo Qing Shan berniat menangkap basah orang misterius itu. */ Pengadilan Kekaisaran yang rutin dilaksanakan setiap minggu digelar keesokan harinya. Seperti apa yang telah diputuskan kemarin, Mo Qing Shan akan pergi bersama dengan Chen Wang. Pengadilan Kekaisaran nyatanya hanya bisa dihadiri oleh pejabat-pejabat tinggi pemerintahan. Untuk Mo Qing Shan sendiri, dia masih belum bisa dikategorikan sebagai pejabat tinggi karena dia belum berstatus sebagai pejabat tingkat satu. Tapi Chen Wang, sebagai pangeran kekaisaran, dia tentunya hadir. Semua pejabat telah berkumpul, termasuk Putra Mahkota Chen Ren Jun yang nampak duduk di kursinya yang ada di sebelah kanan singgasana Kaisar. Tuan Mo, Mo Jianyu, dia adalah pejabat tinggi, jadi wajar jika dia berada disana. Yang membuat Mo Jianyu sedikit terkejut adalah kehadiran putranya, Mo Qing Shan. Bahkan semalam, saat dia dan putranya tengah mengobrol, Mo Qing Shan tidak mengatakan padanya bahwa dia akan hadir di Pengadilan Kekaisaran. Mo Qing Shan tersenyum pada ayahnya dan mengangguk sekali. Sementara tuan Mo yang sedikit tidak mengerti, dia merasakan kekhawatiran di dalam hatinya. “Apa yang akan anak itu lakukan? Dia datang bersama Chen Wang.” Tuan Mo hanya bisa pasrah. Ya, walau pun Mo Qing Shan sangat nakal dan sering membuatnya sakit kepala, tuan Mo juga tidak bisa memungkiri bahwa putranya itu sangatlah cerdas dan mumpuni. Dia juga sedikit dewasa akhir-akhir ini. “Yang Mulia Kaisar tiba!” Begitu suara kasim terdengar, semua orang segera memberi hormat pada Kaisar Chen. Mo Qing Shan yang berdiri di samping Chen Wang cukup tidak terbiasa, dia bahkan dengan tidak sengaja menatap Kaisar Chen. Dan saat dia ingat bagaimana penderitaan Mo Qi Yue bermula, Mo Qing Shan tidak bisa tidak mengepalkan tangannya. Tuan Mo yang berdiri di sisi lain dapat merasakan amarah putranya. Dua hanya berharap bahwa Mo Qing Shan tidak akan mengamuk di aula. “Apakah kau baik-baik saja?” Chen Wang berbisik di telinga Mo Qing Shan. Mo Qing Shan menggertakkan giginya dan balas berbisik, “saya baik-baik saja. Hanya sedikit tidak terbiasa.” Saat Pengadilan Kekaisaran resmi dibuka, para kepala Departemen dari setiap bidang akan menyampaikan permasalahan yang ada pada Departemen mereka. Untuk minggu ini, Departemen Ekonomi dan Kehakiman akan mendapat giliran, tapi karena tidak ada masalah serius dari kedua departemen itu, maka Chen Wang akan mengambil alih. “Yang Mulia,” Chen Wang keluar dari barisan dan segera berdiri di tengah-tengah aula. Dia tampah mencolok. Chen Ren Jun menatap adiknya dari kursinya. Dia merasa sedikit iri dengan kecakapan Chen Wang itu. Ya, Chen Wang selalu berani mengungkapkan gagasannya dan dia sangat percaya diri. “Ada apa Chen Wang? Kau sepertinya memiliki kendala yang ingin kau sampaikan.” Tanya Kaisar Chen dengan nada normal. Chen Wang mengeluarkan gulungan dari dalam kantong pakaiannya. Gulungan itu kemudian diambil oleh kasim Kaisar Chen. Kaisar Chen menerima gulungan itu dan mulai membacanya. Chen Wang mulai menjelaskan, “Yang Mulia, itu adalah gulungan berisi pengaduan dari pemerintah Jiangnan. Mereka menginginkan kita untuk membantu mereka dalam menumpas bajak laut yang benar-benar telah meresahkan. Bajak laut itu adalah perompak Riben yang telah dengan berani masuk ke wilayah laut kita.” Kaisar Chen mengerutkan keningnya. Dia merasa bahwa Chen Wang ini sudah terlalu berani. Ya, putranya itu biasanya akan datang padanya dan meminta saran jika itu menyangkut permasalahan dengan Riben. “Kenapa kau tidak membicarakan hal ini dulu padaku Wang Shu?” Kaisar Chen tidak mengeluarkan suara, tapi matanya menatap tajam ke arah Chen Wang. “Permasalah seperti kerap kali terjadi dan bukan pertama kalinya. Selain itu, Jiangnan bukanlah masalah satu-satunya. Apakah para tentara Jiangnian mengalami kesulitan?” Tanya Kaisar Chen. Chen Wang, “itu benar Yang Mulia. Tapi kita juga tidak boleh melupakan fakta bahwa Jiangnan adalah Provinsi yang berbatasan langsung dengan Riben. Laut luas menjadi pemisah wilayah kita. Saya rasa pelanggaran para perompak itu tidak bisa lagi ditolerir. Kita harus melawan.” Kaisar Chen dengan serius bertanya, “katakan padaku, dengan cara apa kita akan melawan?” Mo Qing Shan merasa bahwa ucapan Kaisar Chen hanya berputar-putar saja. Apa yang diingin olehnya dan Chen Wang adalah izin, izin dari Kaisar Chen untuk turun langsung menangani masalah ini. “Untuk menjawab Yang Mulia, izinkanlah pejabat rendahan ini berbicara.” Mo Qing Shan membungkuk sembulan puluh derajat dan tidak lupa mengangkupkan kedua tangannya. Tuan Mo hanya bisa memejamkan matanya ketika dia melihat putranya mulai menunjukkan dirinya. Dia merasa bahwa jantungnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. “Dan kau? Siapa kau?” Kaisar Chen mungkin lupa bahwa dia pernah bertemu dengan Mo Qing Shan di acara pelantikan pejabat baru beberapa bulan yang lalu. Mo Qing Shan menjawab tanpa berani mengangkat kepalanya, “saya Mo Wing Shan, Wakil Komandan Militer sekaligus pejabat tingkat dua dari Departemen Pertahanan.” “Ah, aku ingat sekarang. Kau adalah ZhuangYuan tahun ini kan?” Tanya Kaisar Chen sembari tersenyum. “Itu benar Yang Mulia. Terima kasih karena Yang Mulia masih mengingat saya.” Timpal Mo Qing Shan. Kaisar Chen, “lalu apa yang ingin kau katakan? Kau sepertinya datang kemari bersama dengan Chen Wang.” “Itu benar Yang Mulia.” Tanpa rasa malu dan dengan suara yang mantap Mo Qing Shan menjelaskan, “menurut pendapat pejabat yang rendah ini, apa yang dikatakan oleh Wangye itu benar. Untuk menghindari kita dianggap remeh oleh orang-orang Riben, maka kita harus memberikan pelajaran yang setimpal. Masuk ke wilayah seseorang adalah suatu pelanggaran dan mereka harus kita hukum.” Mo Qing Shan melanjutkan ucapannya, hanya suaranya yang terdengar di Aula sekarang. “Kita harus menangkap para perompak itu dan mengirimkan surat para Kekaisaran Riben. Kita harus menuntut mereka meminta maaf dan meminta mereka menulis perjanjian agar mereka tidak mengulangi kesalahan mereka lagi. Ini adalah opsi pertama yang kami, Departemen Pertahanan dan Militer, tawarkan.” “Untuk opsi kedua,” Mo Qing Shan berkata dengan suara serak. “Kita harus menghukum orang-orang Riben yang kita tangkap itu sesuai dengan hukum negeri kita. Mereka harus dihukum mati atau paling tidak…anggota tubuh mereka harus dipotong. Itu bisa tangan atau kaki. Sekian dari saya Yang Mulia.” Para pejabat yang ada di aula itu cukup terkejut dengan Mo Qing Shan. Ya, usia mereka mungkin sudah separuh abad dan mereka adalah pejabat senior, tapi mereka tidak bisa tidak merasakan ngeri saat mereka mendengar pejabat yang lebih muda dari mereka berani mengatakan kata-kata yang sedikit kasar di depan seorang Kaisar. “Bagaimana dia bisa menyebutkan sesuatu yang menjijikan seperti itu? Pemotongan anggota tubuh? Itu sedikit tidak etis.” Bisik salah satu pejabat. Pejabat yang lain menimpali, “itu benar. Mo Qing Shan ini sangat berani.” Tuan Mo Jianyu yang juga mendengar gosip tentang putranya hanya bisa diam, “…..” Chen Ren Jun yang duduk di kursinya pun tidak bisa tidak tersenyum sinis. Dia mencibir, “benar-benar berani. Dia memang pantas menjadi teman adikku.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN